Balikpapan, nomorsatukaltim – Pelajar Islam Indonesia Balikpapan menjadi juara pertama organisasi kepemudaan berprestasi oleh Pemkot Balikpapan. Penghargaan diberikan saat memeringati Hari Sumpah Pemuda di Balai Kota Balikpapan, Sabtu (28/10/2023).
Penghargaan diberikan langsung oleh Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud kepada perwakilan pengurus daerah (PD) PII Balikpapan. Ketua PD PII Balikpapan Luqman Asy’ari menjelaskan awal mula diberikannya penghargaan“Kami mendaftarkan diri melalui link yang disediakan panitia, lalu melampirkan berkas-berkas administrasi seperti SK dan lainnya,” katanya usai menerima penghargaan.
Setelah memberikan syarat-syarat administrasi, para pengurus lalu diminta presentasi di hadapan tim penilai. Luqman menyebut yang dipresentasikan adalah program kerja, profil organisasi dan prestasi yang sudah didapatkan, termasuk pula data-data kader dan basis organisasi. Selain itu, para pengurus juga diminta presentasikan program yang dianggap berdampak kepada pelajar dan pemuda di Balikpapan. Setelah presentasi dilakukanlah survei dari penguji ke secretariat.
“Setelah di survei, diajukan beberapa pertanyaan, dicek dan diumumkan pada tanggal 25 Oktober bahwa PII terpilih sebagai proganisasi kepelajaran terbaik 1 tahun 2023 di Kota Balikapan,” urai Luqman.
Beberapa program kerja diantaranya adalah melakukan training kaderisasi kepelajaran melalui Leadership Basic Training (LBT). Bahkan belum lama ini PD PII Balikpapan juga mengadakan dialog dengan mengundang Rizal Effendi, mantan Wali Kota Balikpapan sebagai pemateri. Sejarah PII PII adalah organisasi yang didirikan pad amasa perang memertahanakn kemerdekaan RI, yakni 4 Mei 1947 di Yogyakarta. Pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi dan Noersyaf. Walau pun organisasi pelajar, di awla terbentuknya, para kader PII banyak berkonfrontasi secara fisik menghadapi agresi militer Belanda I pada 21 juli 1947. Anggota PII pun banyak yang tergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia, Hizbullah, Sabilillah, Tentara Pelajar dan sebagainya. Turut sertanya PII dalam konfrontasi fisik melawan penjajahan Belanda membuat kader-kader organisasi ini juga dekat dengan Jenderal Besar RI Soedirman. Di era orde lama PII tebilang kritis mengkritik kebijakan Soekarno. Di antaranya penolakan terhadap konsep Nasakom yang dicetuskan Presiden Soekarno untuk menyatukan kelompok aliran politik nasional, agama dan komunis. Di era orde baru, PII justru dianggap berbahaya oleh rezim Soeharto karena getol menolak konsep asas tunggal Pancasila pada medio 1985. Dimana seluruh organisasi harus menjadikan Pancasila versi Soeharto sebagai ideologi organisasi. PII bahkan menjadi pelopor dibentuknya pergerakan pemuda dan pelajar melalui Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI). Sikap yang terlalu kritis PII terhadap Orde Baru pun membuat organisasi ini dinyatakan dilarang oleh Soeharto. Di era reformasi PII kembali aktif dan gencar melakukan kaderisasi. Sejumlah kader-kader PII bahkan ada yang menjadi tokoh nasional. Seperti mantan wapres RI Jusuf Kalla, hingga Dahlan Iskan.