Program penanggulangan banjir Balikpapan, lewat proyek multiyears Daerah Aliran Sungai aka DAS Ampal, masih berjalan. Proyek ambisius yang jadi andalan Wali Kota Rahmad Mas'ud, kian dikebut.
Tapi, apa lacur?
Hanya tersisa empat bulan, progresnya tak sampai 50 persen. Nyaris saban hari, ada saja yang mengeluhkan proyek kontroversial ini. Terutama pada hasil garapan dan kinerja kontraktornya, PT Fahreza Duta Perkasa.
Merunut ke belakang, pagu proyek ini senilai Rp 141 miliar lebih. Dalam proses lelang, PT Fahreza Duta Perkasa berhasil menjadi pemenangnya. Mengalahkan dua perusahaan raksasa BUMN. Fahreza mematok harga Rp 136 miliaran. Selisihnya sedikit sekali.
Dari awal proses tender ini, sudah banyak yang mencium bau-bau tak sedap. Bau anyir dugaan KKN, loba lobi permainan belakang, menjadi rumor harian di awal tender berjalan.
Kini, sudah berbulan-bulan proyek berjalan, carut marut program andalan Wali Kota Balikpapan ini, kian muncul ke permukaan. Dari progres yang tak sesuai target, dampak proyek yang merusak jalan pemukiman, sampai merugikan begitu banyak warga kota.
Alhasil, kontraktornya alias PT Fahreza dipolisikan. Perusahaan yang mengalahkan dua BUMN itu dilaporkan ke Polda Kaltim. Bahkan perusahaan ini juga dilaporkan ke KPK. Tapi seakan bergeming, sang kontraktor santai saja. Ibarat tak terjadi apa-apa.
Direktur utamanya, Cahyadi, justru melempar batu kesalahan pada Pemerintah Balikpapan dan dinas terkait. Keterlambatan proyek, kata Cahyadi, karena hambatan utilitas. Kordinasi buruk antar instansi di kota ini.
Dituding jadi biang kerok penyebab keterlambatan, pihak Dinas PU uring-uringan. Semua itu harus menjadi tanggung jawab kontraktor. Bukan lagi dinas. Lempar kesalahan antara kontraktor dan dinas, jadi irama baru.
Tak ada solusi yang diberikan. Padahal waktu terus berjalan, tersisa empat bulan. Yang terjadi, justru kian muncul keluhan demi keluhan dari warga dan pengusaha yang dirugikan.
Kawasan MT Haryono, yang awalnya mulus, rapi, aman, kini jadi berantakan. Berdebu, kecuraman jalan kian membahayakan, sedikit hujan air malah cepat tergenang. Amburadul. Benar-benar ambyar.
Warga Balikpapan sudah ekstra sabar. Dari penutupan jalan yang lama, kerusakan jalan lingkungan, sampai debu dan medan yang kian membahayakan. Tapi yang diperoleh warga justru saling lempar kesalahan.
Teranyar, Yoda Karya sebagai Konsultan Pengawas proyek DAS Ampal ini, justru ikut blingsatan dengan ulah kontraktor. Tanpa tedeng aling-aling, mengungkap pada media, jika PT Fahreza bekerja seperti mafia.
Hal itu diungkapkan langsung Tenaga Ahli MK Yoda Karya, Siti Fatimah, pada media ini.
Ia menumpahkan kekesalannya pada PT Fahreza. Kontraktor DAS Ampal dinilai bandel. Tak mau mendengarkan saran konsultan dan dinas PU. Bekerja semaunya. Tak heran, ia menganalogikannya seperti mafia.