Tutup Mulut Caleg soal Modal Kampanye

Rabu 09-08-2023,05:30 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Namun, dari tiga caleg yang tampil dalam dialog tersebut, tidak satu pun yang mau transparan soal besaran kapitalnya.

Ketiga caleg itu kompak tutup mulut.

Caleg PDIP Balikpapan, Cindy, berpendapat soal modal caleg, itu termasuk ranah privasi.

"Terjun ke politik pasti ada modalnya. Kepo banget sih. Soal modal itu dapur masing-masing," sungut Cindy, menjawab pertanyaan netizen, yang dilontarkan moderator.

Cindy lebih terbuka saat menjawab pertanyaan jika kelak tidak lolos mendapat kursi Parlemen. Ia bilang, bila tidak terpilih, akan legowo.

Ia juga mengatakan soal isu kekinian di Balikpapan. Menurutnya isu tersebut soal kelangkaan gas 3 kg dan jalanan yang penuh galian.

"Isu seksi di Balikpapan soal gas 3 kg deh. Itu kasus yang meresahkan emak-emak. Kalau masalah galian jalan, aku rasa dewan yang sekarang lagi kerajinan aja deh. Jalan sudah bagus dibongkar, ya kan," ujarnya.

Evaluasinya, lanjut Cindy, cari kontraktornya, aliran dananya. "Laporkan ke KPK. Selesai," tuturnya.

Sedangkan caleg DPR RI dari PKS, Hafiduddin, mengamini kalau politik pasti membutuhkan anggaran. Tapi, ia juga tak mau menjawab detil berapa ongkos politik yang disiapkannya.

"Cost politik itu wajar. Tidak ada cost politik yang gratis. Itu langka sekali," kilah Hafiduddin.

Hafiduddin juga memilih membahas detil soal pendidikan. Ia ingin sistem pendidikan Indonesia serupa dengan Finlandia. Negara itu diketahui menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

"Di Finlandia, dilarang PR, jam belajar minim. Dan terbukti menjadi sistem pendidikan terbaik di dunia," jelasnya.

Adapun caleg Demokrat, Adelina, tidak menjawab soal modal kampanye. Ia memilih menjawab pertanyaan soal pilihan, apakah harus menjadi petugas partai atau wakil rakyat? Menurutnya, keduanya tidak bisa dipisahkan.

Ia juga berpendapat perlunya perhatian terkait kesehatan mental masyarakat.

"Selama ini kalau mau ke psikolog, ke psikater di Balikpapan itu susah. Jika pun ada yang bagus, mahal. Obatnya juga mahal," paparnya.

Ia berharap Pemerintah Balikpapan bisa memperhatikan kesehatan mental masyarakat dengan menyediakan fasilitas layanan mental yang menyenangkan.

Tags :
Kategori :

Terkait