Urgensi Penataan Ruang Berwawasan Mitigasi Bencana

Senin 23-01-2023,06:00 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nomorsatukaltim.comBadan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sebaran kejadian bencana alam di Indonesia selama  1 Januari – 12 Desember 2022 sebanyak 3.350 kejadian. Bencana didominasi cuaca ekstrim, banjir dan tanah longsor. Untuk itu, penataan ruang berwawasan mitigasi bencana sangat dibutuhkan. Salah satu tujuannya untuk meminimalisir dampak bencana alam. “Banjir menempati urutan teratas dengan 1.436 kejadian, disusul bencana cuaca ekstrim sebanyak 999, tanah longsor sebanyak 612,” ungkap Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, dalam Konferensi Nasional Jurnalis Lingkungan Hidup di Jakarta, baru-baru ini. Konferensi tersebut mengangkat tajuk: Mitigasi Bencana Berbasis Konservasi Ekosistem dan Tata Ruang. Prasinta melanjutkan, bencana lain yang terjadi selama tahun 2022, kebakaran hutan dan lahan sebanyak 250, gempa bumi sebanyak 26, gelombang pasang dan abrasi sebanyak 22, kekeringan sebanyak 4 dan erupsi gunungapi sebanyak 1 kejadian. Bencana yang sering terjadi di daerah atau desa terpencil mendorong BNPB untuk berkordinasi dengan pejabat setempat. Secara berkelanjutan, sambungnya, turut melakukan edukasi kepada warga lokal agar mampu melakukan mitigasi bencana. “Penataan ruang kawasan rawan bencana terbukti dapat dilakukan melalui pemanfaatan ruang pada level mikro.” jelasnya. Sejumlah manfaatnya, antara lain, menghindari pembangunan di daerah rawan bencana, mengamankan daerah terbangun di daerah rawan bencana, memindahkan lokasi kegiatan budidaya dari lokasi rawan bencana ke lokasi lebih aman. Selanjutnya pembatasan intensitas ruang, dan perencanaan lokasi tapak serta konstruksi bangunan. Upaya ini, ia menekankan, membutuhkan peran serta seluruh pemangku kepentingan di tingkat pusat maupun daerah. Sekaligus mempercepat adopsi gagasan, mengaktifkan aspek-aspek risiko bencana, serta upaya pencegahan. Ia menjelaskan, hal itu telah dilakukan masyarakat di Kabupaten Siak, yang dilanda kebakaran lahan gambut sepanjang periode 2017-2019. Inovasi yang dilakukan dengan membuat sekat kanal di halaman belakang rumah yang juga menjadi habitat ideal untuk ikan gabus berprotein tinggi. “Jadi upaya penggunaan sekat kanal memberi dua manfaat sekaligus yaitu untuk pembudidayaan ikan gabus. Sekaligus membasahi kembali lahan gambut yang kering untuk mencegah kebakaran gambut,” ungkap Bupati Siak, Riau, Alfedri. Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani mengapresiasi apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Siak yang nyata dalam mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan. “Ekosistem di tiap kabupaten harus tetap terjaga, khususnya terkait kualitas tanah serta air yang baik, sebagai upaya pencegahan sekaligus menghasilkan ekonomi baru,” tuturnya. Dibutuhkan Peran Serta Masyarakat Untuk itu, sambungnya, masyarakat lokal harus didorong dan didukung untuk menjaga dan merawat lingkungannya. Yang berarti ikut melakukan upaya-upaya mitigasi bencana, dan menciptakan sumber penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan warga. Mitigasi bencana dapat berjalan seiring penciptaan nilai ekonomi baru dibuktikan juga PT Alam Siak Lestari. Komunitas lokal ini menciptakan proyek HEAL Fisheries yang menargetkan sektor kesehatan dan nutrisi dengan valuasi pasar 6,5 Miliar USD secara global. Yaitu dengan membangun laboratorium dan pabrik sendiri untuk mengembangkan produk turunan dari komoditas ramah gambut. Upaya pelestarian alam, mitigasi bencana dan konservasi keanekaragaman fauna juga dilakukan Yayasan Kompas Peduli Hutan atau kerap dikenal KOMIU. Di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, KOMIU yang berdiri sejak tahun 2016 terus berinovasi membangun sistem mitigasi berbasis pemulihan ekosistem. Daerah ini terdampak langsung bencana gempa berkekuatan 7,7 SR yang diikuti tsunami dan likuifaksi pada tahun 2018. “Penanggulangan bencana tentu tidak bisa berjalan sendiri, demikian pula saat kita melakukan mitigasi bencana. Kami bersama-sama jejaring mitra yang lain, serta Pemerintah Kabupaten Sigi, melakukan penanaman bambu bronjong di aliran sungai. Inisiatif ini bertujuan untuk melindungi dan memperkuat struktur tanah,serta mengurangi gerusan di sekitar tebing sungai,” ujar YuliaAstuti, Divisi Konservasi KOMIUSigi. Terobosan-terobosan di atas terbukti mampu meningkatkan ketahanan wilayah secara mandiri di tataran terkecil. Seluruh pihak perlu cerdas mensiasati tantangan alam sebagai konsekuensi dari letak Indonesia di pertemuan empat lempeng tektonik (ring of fire/cincin api), berada pada sabuk vulkanik yang membentang dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara hingga Maluku. Ancaman erupsi gunung berapi dengan potensi gempa bumi dan tsunami, beriklim tropis dengan dua musim yang rawan perubahan cuaca, rentan terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Hal ini diperburuk dengan meningkatnya aktivitas ekonomi manusia dan ekploitasi sumber daya alam berskala besar. Yang seluruhnya menurunkan daya dukung bumi bagi kehidupan manusia. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait