BALIKPAPAN - Joglo Tani Kolong Langit panen sayur untuk kesekian kalinya. Cabai merah yang dipetik para petani Handil Baru, Samboja, Kutai Kertanegara itu, ukurannya sejengkal orang dewasa. Para petani sengaja memanen cabai merah di pagi hari untuk dipamerkan kepada para pengunjung. Bahkan Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi Kalimantan Sulawesi (SKK Migas Kalsul), Azhari Idris langsung tertarik memboyong komoditas itu, beserta jenis sayur mayur lain. Seperti tomat, cabai rawit, buncis, kacang panjang, petai dan lainnya. "Kalau cabai keritingnya itu lurus, pasti bisa diekspor ke Singapura," ujarnya, saat berkunjung ke kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan binaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ENI Muara Bakau itu, Selasa 8 Maret, 2022. Joglo Tani Kolong Langit merupakan salahsatu bentuk kontribusi ENI Muara Bakau terhadap masyarakat sekitar Lapangan Jangkrik, yang dikelola perusahaan Italia tersebut. Perlahan, kelompok tani itu sukses mengembalikan kejayaan sektor pangan di wilayah Kutai Kertanegara, yang selama ini tumbuh dan berkembang melalui sektor industri ekstraktifnya. Tidak hanya masyarakat sekitar yang kini merasakan manfaat sebesar-besarnya dari pengelolaan tanahnya sendiri, namun kini sudah berdaya ekonomi. Para petani di sana sudah mampu menghasilkan pundi-pundi melalui usahanya bercocok tanam di kawasan seluas sekitar 45 hektare itu. Azhari Idris yang didampingi Perwakilan ENI Muara Bakau Movina Nasriati beserta rombongan, serta dipandu Ketua Kelompok Joglo Tani Kolong Langit Muhtadin, sempat memetik sendiri hasil perkebunan di sana. Kunjungan itu juga dihadiri Kepala Dinas Transmigrasi dan Ketenagakerjaan Kutai Kertanegara Ahmad Hardi Dwi Putra, yang mengaku sejak awal memang memiliki ketertarikan pribadi terhadap bidang pertanian. Azhari sendiri meyakini, apa yang telah dilakukan ENI Muara Bakau untuk masyarakat sekitar akan bermanfaat dan bertahan secara sustainable atau kontinu, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. "Apa yang telah dicapai di sini bisa menjadi contoh bagi perusahaan yang lain. Karena bukan hanya memberi bantuan, namun diberi pembinaan agar masyarakat bisa hidup mandiri dari usahanya," ujar Azhari kepada Disway Kaltim - nomorsatukaltim.com. Ketua Kelompok Joglo Tani Kolong Langit Muhtadin menyebut para petani bersikukuh akan mengembalikan kejayaan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan sebagai sektor unggulan di Kutai Kertanegara. Mimpinya itu datang dari kegelisahan akan masa depan daerahnya. Di mana Kutai Kertanegara selama ini lebih dikenal sebagai lokasi ideal sektor ekstraktif pertambangan batu bara. Bahkan cara berfikir masyarakat juga ikut bergeser. Profesi petani perlahan ditinggalkan dan diganti dengan mimpi-mimpi generasi masa kini yang mendambakan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Hal tersebut, menurutnya sangat disayangkan. Lantaran potensi yang dimiliki daerah Kutai Kertanegara sebagai basis ketahanan pangan di Kalimantan Timur, merupakan hal yang seharusnya patut dibanggakan. "Dulu semua buah-buahan, apa saja yang ditanam, tumbuh. Sehingga masyarakat tidak pernah beli. Sekarang berbeda, terasa sekali," paparnya. Meski saat ini perkembangan Joglo Tani Kolong Langit sudah kian pesat, namun Muhtadin dan para petani lainnya juga sempat merasakan bagaimana susahnya merubah mindset atau cara berfikir masyarakat. Dari yang sebelumnya pesimis untuk bertani, kini betul-betul bisa hidup dan menghidupi dari pekerjaan bercocok tanam. Beranjak dari keresahan itu, ia bersama rekan-rekannya mengajukan kepada ENI Muara Bakau untuk bersinergi. Bak gayung bersambut, ENI langsung mengiyakan ajakan itu. Dan dimulailah program kerja sama itu sejak 2014 silam. Muhtadin dan petani lainnya diajak untuk mengembangkan kawasan disekitar wilayah Lapangan Jangkrik yang dikelola ENI Muara Bakau. "Saya tidak minta apa-apa. Saya cuma minta diberi pancing. Diberi kailnya. Bukan minta ikannya," terangnya. Dari situ, ENI Muara Bakau memfasilitasi proses transfer ilmu kepada masyarakat sekitar. Tentang bagaimana mengelola pertanian, perkebunan dan sebagainya dengan memanfaatkan lahan yang ada. "ENI mendatangkan Bapak To Suprapto dari Jawa. Kami diajari mengenal tanah. Apa saja yang cocok ditanam di sini," ungkapnya. Bertemu dengan To Suprapto yang dikenal sebagai bapaknya petani, yang namanya harum sampai mancanegara itu, diakui Muhtadin sangat berperan besar terhadap perkembangan Joglo Tani Kolong Langit. Dari situ, kelompok petani yang aktif sebanyak 30 orang itu, mulai melakukan pembibitan, menanam, bahkan mengatur sistem irigasi sedemikian rupa, di mana petani bisa mengatur penyiraman secara otomatis melalui aplikasi khusus. Irigasi di kawasan itu bisa diatur hanya melalui smartphone. Kunci kesuksesan Joglo Tani Kolong Langit dalam mempertahankan semangat para petaninya, kata dia, yakni terletak pada faktor penjadwalan panen yang sudah dipelajari secara komprehensif. Setiap tanaman dikategorikan dan dirawat secara terpisah oleh masing-masing petani yang memang memiliki pengetahuan di bidangnya. Misalnya ada yang mengatur jadwal panen tanaman holtikultura, palawija, tanaman buah lokal dan lainnya. "Jadi kami ada (jadwal panen) untuk harian, perminggu, per dua minggu, bulanan, bahkan tahunan," ucap Muhtadin. Dengan demikian, para petani tidak pusing lagi soal dapurnya masing-masing. Karena Joglo Tani Kolong Langit yang awalnya hanya bersifat sebagai sentral ilmu pertanian, atau sekedar tempat bertukar pikiran antara petani, kini bisa menghasilkan produknya sendiri. Selain dari hasil bercocok tanam, Joglo Tani Kolong Langit juga mengembangkan inovasi peternakan ayam petelur yang bebas stres. Yakni dengan membebaskan ayam-ayamnya di suatu lahan dan tidak terlalu bergantung dengan pakan industri. Alhasil, telur yang dihasilkan juga disebutnya lebih berkualitas. Sekarang sudah ada lebih dari 100 ayam yang setiap hari bertelur, dalam kurun waktu 3 tahun belakangan. Telurnya kini memenuhi pasokan masyarakat sekitar dan ada juga katering yang sudah berlangganan. Selain itu, kelompok tani juga mengembangkan kolam-kolam ikan air tawar. Dengan ekosistem yang sudah terbentuk sedemikian rupa, memudahkan petani untuk memenuhi kebutuhan pupuknya. "Alhamdulillah, kalau soal pemasaran produk kami, bukannya kami mau sombong. Tapi kalau sudah panen, dalam hitungan menit sudah habis (terjual). Makanya di sini dikenal profesi petani gajinya (sama seperti) menteri," ungkapnya sembari tertawa. Meski belum dapat berproduksi massal untuk memenuhi pasar daerah lain seperti Balikpapan dan sekitarnya, namun setidaknya produk pertanian, perkebunan peternakan dan perikanan dari Joglo Tani Kolong Langit, sudah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. "Kami juga mampu memotong rantai suplai. Jadi dari petani langsung ke konsumen. Tanpa tengkulak, tanpa pasar," katanya. Namun demikian, Muhtadin juga menyebut bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan, produk yang dihasilkan kelompok petani di Samboja itu, bakal bisa memenuhi seluruh kebutuhan Kaltim suatu saat nanti. "Karena kita ketahui bahwa selama ini, di Balikpapan atau Samarinda itu kebutuhannya datang dari Sulawesi dan daerah lain. Sembari kami berkembang, Insyallah kami juga bisa berproduksi secara masif," harapnya. Selain mengunjungi Joglo Tani Kolong Langit, rombongan SKK Migas Kalsul dan ENI Muara Bakau juga mengunjungi Sekolah Dasar (SD) 001 di Handil Baru. Di sana ENI Muara Bakau membantu pihak sekolah membangun toilet dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Hal itu untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anak, serta membangun kesadaran diri peserta didik terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan. (ryn/eny)
Joglo Tani Kolong Langit Binaan ENI Muara Bakau, Upaya Mengembalikan Kejayaan Petani di Kutai Kertanegara
Rabu 09-03-2022,13:10 WIB
Editor : diskal16
Kategori :