Kemendikbud ke PPU, Tengok Program Pendidikan Next Level di IKN

Jumat 26-11-2021,00:44 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

PPU, nomorsatukaltim.com – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) tengah menuju era baru sistem pendidikan. Imbas dari pemindahan IKN ke Kaltim. 12 lembaga pendidikan telah ditetapkan sebagai sekolah penggerak. Dirjen PAUD Dikdasmen Jumeri baru saja datang untuk meninjau progresnya.

PPU, menjadi 1 dari 2 daerah di Kaltim yang dipersiapkan menyelenggarakan sistem pendidikan ‘Merdeka Belajar’ ala Menteri Nadiem Makarim. Sebagai langkah mula, 8 Sekolah Dasar (SD) dan 4 SMP di PPU telah ditetapkan sebagai sekolah penggerak.

Ada dua sekolah penggerak yang ia kunjungi pada Selasa, 23 November 2021 lalu. Yaitu SD Negeri 10 Babulu dan SMP Negeri 1 Penajam. Selain melakukan rapat koordinasi dengan pemangku kebijakan dan monitoring, Jumeri juga berbincang-bincang dengan para pelajar di sana.

"Kedatangan kami untuk memastikan program Menteri Nadiem Makarim berjalan. Sejauh ini sudah cukup bagus, meski belum ada perubahan secara signifikan. Karena baru-baru saja dimulai,” ujarnya.

Meski begitu, ia menilai perubahan pola pikir guru dan siswa sudah mulai terbentuk. Dengan basic merdeka belajar, pola pembelajaran dibuat tidak hanya satu arah. Tetapi juga mengedepankan interaksi antar siswa.

“Sistem pembelajaran konvensional yang dulu diterapkan seperti tempat duduk bus, sekarang diubah. Polanya sudah dibikin kelompok-kelompok,” terangnya.

Pada program sekolah penggerak, katanya, ada lima aspek yang fokus disentuh. Yaitu pembelajaran, manajemen sekolah, optimalisasi teknologi digital, evaluasi diri, dan perencanaan berbasis data. Serta kemitraan antara pusat dan daerah.

"Pola pembelajaran dengan paradigma baru tersebut, bertujuan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia," tutur Jumeri.

Meski baru setengah tahun berjalan, perubahan pola belajar itu sudah dirasakan civitas sekolah. Utamanya dalam tata cara belajar. Di dalam dan luar kelas.

Kepala SMP Negeri 1 Penajam, Budi Lestarianto menuturkan berbedanya penataan meja kursi jelas memengaruhi kebiasaan pengajar dan yang diajar. Karena siswa tidak lagi mengarah ke guru layaknya penumpang bus tadi. Melainkan siswa diwajibkan untuk duduk saling tatap.

"Karena dibuat kelompok, mereka jadi lebih banyak berinteraksi dengan teman-temannya," ujarnya

Kemudian setiap kelompok diberikan permasalah yang harus dipecahkan. Siswa diharapkan mampu berkolaborasi. Dengan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan memiliki rasa toleransi antar siswa lainnya.

"Ada toleransi di situ karena tidak boleh mendominasi omongannya temennya mungkin tersinggung dan lain sebagainnya," ujarnya.

Ada paradigma baru yang mau dibentuk. Guru diwajibkan untuk menggali tiap kemampuan pelajar. Mengukur tingkat kemampuan siswa. Dengan menggunakan tes diagnostik.

"Dulu siswa harus menyenangkan guru. Saat ini, guru yang harus menyenangkan anak. Jadi bisa saja guru memberikan materi yang berbeda-beda dalam satu kelas, sesuai potensi siswa. Kami mulai penerapan seperti itu," bebernya.

Tags :
Kategori :

Terkait