Ancaman La Nina Berpotensi Menahan Koreksi Harga Batu Bara

Rabu 10-11-2021,22:33 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Siklus cuaca ekstrem la nina bisa menahan penurunan harga batu bara. Sebab kebutuhan meningkat sementara produksi dan distribusi berpotensi terganggu.  Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Intervensi pemerintah China pada batu bara global masih akan terus menurunkan harga emas hitam. Tapi, siklus cuaca akhir tahun, La Nina, diprediksi akan menahan penurunan. Harga batu bara global diproyeksikan akan terus mengalami penurunan usai reli panjang kenaikan. Campur tangan peningkatan produksi dalam negeri hingga membatasi harga komoditas oleh pemerintah China menjadi penyebab. Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) melihat kondisi ini akan berbeda akhir tahun nanti. Apalagi kondisi cuaca ekstrem La Nina yang diperkirakan terjadi mulai akhir tahun ini hingga awal 2022 akan memicu kelangkaan batu bara. Tentu saja akan menahan koreksi harga. Atau akan kembali mengerek ke harga lebih tinggi. "Hal ini mungkin bisa membantu mengurangi percepatan koreksi harga yang terjadi karena intervensi oleh pemerintah China yang mendorong terjadinya penurunan harga dalam beberapa pekan terakhir," kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia dalam keterangannya kepada media, Selasa (9/11/2021) mengutip Disway Kaltim. China mewaspadai musim dingin ekstrem dengan suhu udara yang lebih rendah dari biasanya akibat dampak fenomena La Nina. Kondisi cuaca ekstrem La Nina bisa mengganggu produksi batu bara di negara tersebut. Yang akan meningkatkan konsumsi batu bara untuk menghalau suhu rendah. Sedangkan di negara pemasok, seperti Indonesia, fenomena La Nina diperkirakan akan memicu bencana hidrometeorologi yang dapat menghambat aktivitas produksi batu bara dan jalur distribusi. Akhir tahun lalu, importir batu bara China sepakat membeli batu bara dari Indonesia selama tiga tahun ke depan dengan nilai transaksi mencapai 1,46 miliar dolar AS atau setara Rp20,6 triliun. Kesepakatan itu tertuang dalam penandatanganan kerja sama antara China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) dengan APBI terkait ekspor batu bara. Sejak komitmen itu, kini Indonesia menjadi andalan China sebagai pemasok utama. Itu setelah negara Tirai Bambu itu menangguhkan impor dari Australia akibat ketegangan diplomatik. Hendra menjelaskan, penambang batu bara di Indonesia akan tetap melaksanakan produksi maksimal sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), memanfaatkan jeda cuaca untuk mengatasi penurunan produksi akibat cuaca ekstrem. Sedangkan dari sisi distribusi, penambangan akan mengatur jadwal pengapalan bila memungkinkan dengan tetap memperhatikan arahan dari otoritas kepelabuhanan. Langkah itu dilakukan sebagai antisipasi kemungkinan pelabuhan menutup jalur pelayanan akibat gelombang tinggi selama cuaca ekstrem. Dalam pemberitaan sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan harga baru bara acuan (HBA) November 2021 menyentuh angka 215,01 dolar AS per ton. Naik 33 persen dibandingkan harga bulan lalu yang hanya 161,63 dolar AS per ton. Namun Hendra mengatakan harga batu bara acuan pada November merupakan rerata dari empat indeks pembentuk harga batu bara acuan pada Oktober yang cukup tinggi. "Sehingga, untuk HBA Desember, kemungkinan tidak lebih tinggi dari HBA November karena di November tren harga menunjukkan penurunan," ujarnya. Harga bulan ini merupakan level HBA tertinggi dalam satu dekade terakhir. Kenaikan harga batu bara acuan disebabkan permintaan dari China meningkat. Menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk, sehingga kegiatan produksi dan transportasi baru bara di provinsi produsen batu bara terganggu. Faktor komoditas lain, seperti kenaikan harga gas alam juga memiliki pengaruh dalam menentukan harga batu bara global. Sepanjang Oktober 2021, China mengimpor batu bara sebanyak 27 juta ton atau naik 96,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan jumlah impor itu disebabkan kebutuhan energi China yang cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi negara tersebut. Sehingga kebutuhan batu bara untuk listrik dan industri meningkat signifikan. Dalam upaya mengendalikan harga batu bara, kini pemerintah China mengambil beberapa kebijakan strategis. Mulai dari mendorong peningkatan produksi dalam negeri hingga membatasi harga komoditas. "Saat ini, Pemerintah China melakukan intervensi kebijakan yang mempengaruhi harga yang trennya terus menurun," pungkas Hendra. BEN/ENY

Tags :
Kategori :

Terkait