Pengusaha Lokal Butuh Jaminan Kepastian Pekerjaan di Industri Migas 

Senin 01-11-2021,19:54 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pengusaha daerah punya peran penting dalam memenuhi kebutuhan industri migas yang multi sektoral. Baik di sisi hulu atau hilir. Ke depan, pengusaha lokal diharapkan bisa semakin terpacu untuk terjun ke industri energi dengan memanfaatkan kesempatan menjadi rekanan. Pengusaha muda Balikpapan Glenn Nirwan yang terlibat dalam proyek skala nasional pengembangan kilang (RDMP) juga mendorong agar pengusaha lokal tidak hanya menjadi penonton. Namun juga bisa mengambil bagian dalam proyek-proyek energi di daerah. Ia menyebut, meski saat ini Balikpapan dilanda pandemi, ditambah adanya sejumlah kebijakan pembatasan, namun perekonomian masyarakatnya juga masih bisa berjalan. Karena dengan eksistensi industri hulu migas sampai ke hilirnya, terus menggerakkan sektor usaha lainnya yang tumbuh sebagai pendukung industri migas. "Seperti restoran, karena orang-orang yang datang ke sini juga butuh makan. Sebab para pekerja bertambah, otomatis ekonomi juga jadi semakin bergeliat," ujarnya, saat ditemui dalam Forum Diskusi Digitalisasi Ekonomi, Bagi Pelaku Usaha Tahun Anggaran 2021 yang digagas SKK Migas Kalsul, di Hotel Novotel Balikpapan, baru-baru ini. Menurut Glenn, di sisi hulu, pemerintah bersama SKK Migas telah membuka kesempatan agar pengusaha lokal ikut terlibat. Dengan mendorong organisasi-organisasi pengusaha Kadin dan Hipmi yang merupakan wadah berkumpulnya para pengusaha di daerah. "Nah, ketika organisasi-organisasi tersebut bisa melakukan penetrasi kepada pemerintah, maka harapan kita bisa melindungi pekerjaan (proyek) ini agar tidak keluar untuk para pengusaha luar daerah," katanya. Glenn mendorong agar ada payung hukum yang spesifik bisa dijadikan acuan jaminan pekerjaan khusus untuk pengusaha di daerah. "Tentunya ada semacam kewajiban bahwa suatu pekerjaan itu harus bisa di-share. Entah pembagiannya diatur sedemikian rupa untuk anak-anak daerah. Supaya anak-anak di daerah juga bisa ikut merasakan dan terlibat dalam industri migas," urainya. Adapun standar kerja di industri migas, diakuinya memang menjadi tantangan bagi pengusaha lokal karena standarnya sangat tinggi. Di sisi lain, keamanan kerja juga menjadi investasi jangka panjang yang paling menguntungkan bagi perusahaan. "Kalau yang saya tahu, di Pertamina ada namanya CSMS yang mencakup bagian safety. Di situ dinilai juga seberapa patuhnya perusahaan terhadap regulasi keamanan kerja yang dirasa cukup bagus. Karena safety itu sebenarnya melindungi dua belah pihak. Tidak hanya bagi pemberi pekerjaan tetapi juga mencakup si pekerja itu sendiri," urainya. Menurut Glenn, setiap pengusaha yang berniat terjun ke sektor migas, mesti memahami bahwa pekerjaan di industri ini termasuk kategori high risk. "Kita tidak mau ada efek yang negatif, baik dipublikasi maupun efek langsung yang membuat suatu pekerjaan itu terhambat. Jadi saya pikir semakin tinggi regulasi terhadap safety juga akan semakin baik," tandasnya. Menurutnya, hal yang harus diakui dari kebanyakan perusahaan daerah, masih awam terhadap hal-hal yang terkait safety. Maka Glenn juga pertama kali merasa kaget ketika memahami regulasi dan standar keamaan yang tinggi yang diterapkan Pertamina melalui sistem CSMS. "Namun efek baiknya baru dirasakan ketika regulasi itu dijalankan," katanya. Bagi perusahaan lokal yang akan bergabung sebagai mitra dalam industri migas akan mendapat transfer of knowledge di bidang keamanan kerja. Yang dapat diaplikasikan terhadap pekerjaan lain bila sudah menjadi sebuah budaya kerja. "Akhirnya mengurangi angka kecelakaan, mengurangi efek jangka panjang yang itu menjadi salah satu nilai plus, ketika hal-hal safety itu diaplikasikan," katanya. Sebagai seorang pengusaha, Glenn bisa melihat jelas alasan mengapa regulasi safety seperti budaya dalam perusahaan migas sangat diperlukan. "Yaitu tujuannya, Its Two Way Streets. Safety itu (soal) uang. Karena memerlukan banyak sekali investasi tambahan di awal pekerjaan," katanya. Syarat dan ketentuan untuk mendapat pekerjaan di industri migas, kata dia, harus berinvestasi dulu di awal. Sedangkan investasi pada kebutuhan safety, bukan sesuatu yang menghasilkan secara langsung. Sosok wakil ketua umum Hipmi Kaltim itu mencontohkan pekerjaan di bidang konstruksi, Bentuk investasi tambahannya misalnya cement truck, maka investasi itu bisa menghasilkan secara langsung untuk produksi dan menghasilkan profit. Sedangkan sisi safety merupakan investasi yang tidak menghasilkan secara langsung. "Kita beli APD tambahan, kita beli helm, kita perbaiki sistem dan budaya dan disiplin kerja dan segalanya, itu semua tidak menghasilkan secara langsung. Nah, si pengusaha-pengusaha daerah mungkin sudah terbiasa berada di bawah vendor perusahaan nasional. Otomatis mereka lebih memikirkan untuk berinvestasi yang hasilnya langsung," urainya. Kedua, modal untuk bergabung di industri migas juga dinilai besar. Semakin besar suatu pekerjaan, semakin besar juga modal awalnya. Sehingga pengusaha daerah biasanya terkendala dari sisi modal. Pada akhirnya lebih tertarik masuk ke industri migas sebagai sub kontraktor. "Dia tidak mau ambil pekerjaan utamanya karena biasanya seperti itu, modalnya terlalu besar,". Meski demikian, Glenn merasa hal tersebut bisa diatasi ketika organisasi pengusaha mengambil langkah kerja sama konsorsium KSO (kerjasama operasi) misalnya. Yang bisa menggabungkan beberapa perusahaan kecil menjadi satu. "Tapi kembali lagi, kami butuh kontrak atau payung hukum dari pemerintah untuk bisa memberikan, paling tidak kepastian pekerjaan terhadap organisasi-organisasi ini," katanya. "Jadi ketika pemerintah bilang, oke pekerjaan ini untuk kalian, maka organisasi ini menggabungkan beberapa perusahaan anggotanya. Mereka punya modal awal juga menjadi semakin besar. Jadi sebetulnya harus ada langkah komunikasi yang dijalin antara organisasi itu sendiri, pemerintah dan perusahaan pemberi pekerjaan," imbuhnya. Pemerintah Beri Dukungan Komite Investasi dari Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM RI) Anggawira memastikan bahwa pemerintah mendukung penuh keterlibatan seluruh stakeholder. Termasuk pengusaha lokal di dalam industri migas. Yakni dengan menggelar pertemuan atau workshop untuk mengedukasi dan memantik gairah para pengusaha di daerah agar bisa terjun dalam sektor energi, khususnya hulu migas. "Kami bersama Kadin dan Hipmi sudah mengadakan workshop yang bertujuan untuk bagaimana agar teman-teman pengusaha bisa menjadi vendor, supplychain di sektor industri hulu migas," ujar Anggawira, ditemui dalam Forum Diskusi Digitalisasi Ekonomi, Bagi Pelaku Usaha Tahun Anggaran 2021, di Hotel Novotel Balikpapan. Workshop itu, kata dia, menjadi sarana berkumpul dan menjadi sarana tukar pikiran serta menyamakan persepsi guna sinergitas dan integritas antar fungsi stakeholder terkait. Sehingga kegiatan di industri hulu migas dapat terlaksana sesuai rencana dan memenuhi target yang ditetapkan. "Harapan kami aktivitas ekonomi di Balikpapan khususnya, dan di Kaltim juga, bisa dinikmati oleh teman-teman pengusaha dari daerah. Jadi tidak semuanya pengusaha dari Jakarta. Nah, itukan afirmasi atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi rekanan SKK Migas, itu mereka belum ter-involve," katanya. "Dengan adanya kegiatan seperti ini, mereka jadi terinformasi dan teredukasi. Akhirnya sesuai dengan harapan kami, yakni ada peningkatan jumlah vendor atau rekanan di KKKS," jelasnya. Menurut Anggawira, peluang pengusaha lokal untuk terjun ke sektor hulu migas sangat besar. Namun untuk menjadi rekanan SKK Migas, ada persyaratan yang harus dipenuhi. "Itu yang kita coba bantu. Alhamdulillah SKK Migas mendukung penuh, sementara dari pemerintah daerah juga mendukung, misalnya dengan workshop bersama DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu) Kaltim juga hadir. Dinas Pertambangan juga hadir, ini juga bagian dari kolaborasi. Tidak mungkin kita bisa jalan sendiri-sendiri," imbuhnya. RYN/ENY

Tags :
Kategori :

Terkait