SMA di Kaltim Masuk Daftar Top 1000 Sekolah

Minggu 17-10-2021,15:58 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Nomorsatukaltim.com - Belasan sekolah di Kalimantan Timur masuk dalam Top 1000 Sekolah 2021 yang dirilis Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Pemeringkatan itu dibuat berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam seleksi masuk perguruan tinggi tahun 2020-2021. Artinya, daftar ini hanya memuat sekolah tingkat SMA sederajat. Sebanyak 15 sekolah tingkat SMA di Kaltim masuk dalam daftar Top 1000 sekolah yang dirilis Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Lembaga penyelenggara tes masuk perguruan tinggi bagi calon mahasiswa baru ini, berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Daftar sekolah paling top itu diumumkan LTMPT pada awal bulan ini. Berdasarkan daftar yang tercantum di kanal resminya, SMA Negeri 1 Balikpapan berada di peringkat paling atas untuk Kalimantan Timur. Sekolah di Jalan Pierre Tendean itu secara nasional berada di posisi 236 nasional. Melorot 59 peringkat. Kemudian di bawahnya ada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Kabupaten Paser yang berada di urutan 322 nasional. Sekolah ini secara mengejutkan, naik 220 peringkat dari daftar sebelumnya. Dan ketiga ada SMA Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) Bontang di urutan  332, yang mengalami kenaikan 99 peringkat. Secara umum, dari 15 skeolah di Kaltim yang masuk dalam Top 1000 Sekolah, ada 8 sekolah yang turun peringkat, dan hanya 7 sekolah yang mengalami kenaikan peringkat secara nasional. (lihat grafis) Kepala MAN Insan Cendekia Paser, Ismail menyebut sekolahnya memiliki 11 program unggulan. Di antaranya guru asuh, pendampingan pembelajaran malam, madrasah riset, penguatan bahasa asing, serta studi kolaborasi antar siswa dengan pelajar daerah lain," kata Ismail menanggapi keberhasilan sekolah itu masuk jajaran ‘sekolah elit’. Studi kolaborasi aktif dilaksanakan setiap tahun, khususnya sebelum pandemi COVID-19. Di mana siswa dibawa ke sekolah atau perguruan tinggi lain untuk ‘studi banding’. "Sehingga membuka wawasan anak-anak, sekaligus memacu semangat untuk berprestasi. Khususnya siswa baru kelas 10," jelas Ismail. MAN Insan Cendekia ini juga selalu meningkatkan kompetensi para tenaga pendidik. Sementara Kepala SMA YPK, Rakim mengatakan, selama pandemi, sekolahnya beradaptasi dengan teknologi. Meski demikian, Ketua Asosiasi Sekolah Swasta SMA/SMK Sederajat (Asta) Bontang itu mengakui jika peringkat itu tidak bisa dijadikan tolok ukur kualitas pendidikan SMA di Kaltim. “Masih ada beberapa SMA swasta yang tidak memiliki fasilitas yang layak. Bahkan buat membayar gaji gurunya saja masih sulit,” katanya dilansir Disway Kaltim. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Bontang menyebut sekolah swasta yang masuk dalam pemeringkatan tersebut, rata-rata sekolah yang berhasil survive dan mampu berinovasi, terutama di saat pandemi. Di beberapa daerah maish ditemukan kendala siswa tak membayar SPP. Apalagi saat pandemi, dengan dalih tak belajar tatap muka, akhirnya orang tua murid enggan membayar. Bontang, kata Rakim pernah memberikan intensif kepada sekolah-sekolah swasta. “Namun saat pengelolaan SMA dialihkan ke provinsi, akhirnya setop dengan alasan demikian,” ujarnya. Selain itu, meskipun mendapat peringkat terbaik di Kaltim, jika diadu dengan sekolah di Jawa, dirasa Rakim masih sulit. Ia mencontohkan, SMA YPK berhasil mewakili Kaltimtara dalam ajang Wajah Bahasa Sekolah tingkat nasional. Meski berhasil mengungguli sekolah se-Kaltimtara itu, YPK hanya berhasil meraih predikat terbaik IV dalam tingkat nasional. “Artinya peringkat ini menjadi semangat, sekaligus menjadi dorongan agar bisa lebih baik bersaing dengan sekolah di Jawa,” tuturnya.

BUKAN YANG TERBAIK

Ketua LTMPT, Mohammad Nasih menggarisbawahi bahwa pemeringkatan Top 1.000 Sekolah bukanlah daftar sekolah terbaik. LTMPT hanya membuat ranking dari hasil rata-rata nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada 2020-2021. “Ini adalah posisi atau urutan, bukan soal SMA terbaik atau tidak terbaik,” kata Mohammad Nasih dilansir Tempo.co. Menurutnya, pemeringkatan itu tentu akan mempunyai banyak arti. Tapi, Nasih menambahkan, SMA yang tertinggi atau terbaik itu tidak hanya diukur dari nilai UTBK. “Karena itu sejak awal kami tidak berani menyampaikan bahwa ini adalah pemeringkatan SMA terbaik atau bukan terbaik,” ujarnya. Selain itu, ujian yang digelar LTMPT tidak berorientasi untuk mengevaluasi keberhasilan penyerapan materi belajar. Materi tes yang dikembangkan ditujukan untuk mengukur kapasitas tiap peserta. “Serta potensinya untuk menyelesaikan studinya dengan baik di berbagai jurusan yang dipilih,” kata Nasih yang juga Rektor Universitas Airlangga itu. Adapun menurut Ketua Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto, daftar peringkat itu untuk memberikan gambaran ke masyarakat. “Karena sekarang kan Ujian Nasional sudah enggak ada,” kata Budi Prasetyo dalam pernyataan, Senin 11 Oktober 2021. LTMPT adalah lembaga penyelenggara tes masuk perguruan tinggi bagi calon mahasiswa baru. Lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Saat dikonfirmasi mengenai pemeringkatan LTMPT, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Anwar Sanusi mengaku tak tahu menahu. "Maaf saya belum tahu informasinya mas," jawab Kadisdikbud Kaltim, saat dikonfirmasi, Rabu (13/10). Seturut dengan itu, Anwar Sanusi enggan berkomentar mengenai potensi hasil riset tersebut dipelajari lembaganya untuk menjadikan sebagai acuan dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Kalimantan Timur. "Saya belum berani komentar, sumber resminya belum kasih edaran ke pemerintah Provinsi Kaltim," katanya. Menurutnya, selama sumber pemilik data, dalam hal ini LTMPT belum mengirimkan hasil riset tersebut melalui surat resmi kepada pemerintah provinsi, ia tak berwenang berbicara mengenai diskursus itu. "Sehingga membuka wawasan anak-anak (siswa), bagaimana menjadi siswa yang terbaik dan prestasi. Ya setahun sekali, itu menyasar siswa baru kelas 10," jelas Ismail berdomisili di Desa Tapis. Sementara Peneliti Sosiologi Pendidikan dari Pusat Riset Kependudukan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Angga Afriansyah, menekankan pemeringkatan yang dibuat hanya berdasarkan nilai ujian dalam proses seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri. Padahal, menurutnya, UTBK bukan satu-satunya indikator kemajuan pendidikan di Indonesia. Meski begitu, dia juga membaca hasil pemeringkatan itu sebagai pertanda masih ada problem ketidakmerataan pendidikan di Indonesia. Penguasaan top 100 di Pulau Jawa, menurut lulusan master Sosiologi Universitas Indonesia (UI) itu, jelas memperlihatkan bahwa SMA di wilayah tersebut lebih siap dalam tes UTBK. "Tidak mengherankan karena yang ada di top 100 merupakan sekolah yang memiliki infrastruktur fisik maupun non fisik yang menunjang untuk mengikuti tes UTBK dan meraih nilai optimal," kata Angga Afriansyah dikutip Jumat 15 Oktober 2021. Di sisi lain, posisi di Pulau Jawa memungkinkan para siswa dapat akses yang lebih cepat, dan bimbingan belajar baik yang memadai. “Termasuk kegiatan try out yang banyak, dan informasi yang memadai tentang tes UTBK dibanding dengan para siswa di luar Pulau Jawa,” tutur Angga. Top 1.000 Sekolah diluncurkan LTMPT sejak tahun 2019. Pemeringkatan dilakukan dengan metode penghitungan nilai rata-rata hasil UTBK setiap siswa per sekolah. Perhitungan itu dilakukan dalam kurun 3 tahun sejak 2019. Tahun ini, LTMPT memakai kriteria pemeringkatan yaitu hanya sekolah yang total siswanya minimal 40 orang ikut UTBK. Dari jumlah sekolah asal peserta UTBK sebanyak 23.110 sekolah, yang lolos syarat batas minimal itu ada 4.432 SMA sederajat. *ASA/DAS/ZUL/AVA/YOS  
Tags :
Kategori :

Terkait