Dituding Tak Maksimal, RSUD HIS Minta Lapor ke Loket Pengaduan

Jumat 10-09-2021,22:36 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

Kubar, nomorsatukaltim.com - Jika ada pelayanan di RSUD Harapan Insan Sendawar (HIS) Kutai Barat (Kubar) tidak maksimal atau mengecewakan, bisa menyampaikan ke loket pengaduan yang sudah disiapkan. Atau bisa menelepon ke loket saran dan aplikasi LAPOR HIS.

“Jika keluhan atau saran sudah disampaikan ke loket yang sudah disediakan kami bisa dengan cepat mengeksekusinya," kata Direktur RSUD HIS, Akbar kepada nomorsatukaltim.com-Disway News Network (DNN). Pernyataan bersifat klarifikasi ini menanggapi pernyataan Anggota DPRD Kubar. Bahwa ada pasien yang tidak dilayani maksimal. Di samping itupula ada pasien mati karena kelaparan. Pasien kelaparan di RSUD HIS, menurut mantan Pimpinan Puskesmas Sekolaq Darat mengatakan, seharusnya tidak terjadi. Sebab RSUD HIS sudah menyiapkan makan 3 kali sehari. “Pemberian makan tetap tiga kali sehari tapi tentu tidak seperti pasien umum. Ada waktu-waktu tertentu baru petugas masuk. Kemudian minum itu disediakan di ruangan di dalam ruang rawat informasi,” sebutnya. Akbar mengklaim pihaknya sudah menyiapkan pelayanan total care. Hanya saja tidak semua tenaga kesehatan (nakes) memiliki kompetensi total care. “Namanya total care, itu mulai menyuapi. Meskipun kami akui tidak semua tenaga di perawatan COVID-19 itu memenuhi kompetensi untuk total care, tapi pada saatnya mereka akan melakukan total care,” katanya. Ia tak menampik pasien positif virus corona dalam beberapa bulan terakhir memang cukup tinggi. Bahkan dalam sehari bisa bertambah hingga 300 pasien positif dan yang meninggal bisa sampai 6 orang sehari. “Bahkan kondisi di bulan Juli-Agustus itu bukan hanya masyarakat yang terkena. Kami pun banyak yang terkena. Jadi kalau kami yang terkena pasti berkurang tenaganya, dan pasti agak kurang pelayanannya," terangnya. Terkait pemulasaran, kata Akbar, ada banyak pasien yang meninggal dalam sehari. Kemudian petugas pemulasaran jenazah dari 4 orang, hanya dua yang bertugas. Sehingga cukup kewalahan. “Kami diminta untuk berbuat adil, kalau berbuat adil artinya kami harus mendahulukan yang meninggal duluan, baru urutannya satu dan dua. Sebenarnya kami memiliki 4 tenaga pemulasaran tapi hari itu ada dua yang terkonfirmasi, satunya penyakit serangan jantung jadi tinggal dua," katanya. Yang dua orang ini adalah tenaga baru, belum terlatih dengan kerja cepat. "Bayangkan 6 sehari yang meninggal. Sementara petugas kami ada yang tidak tidur dua malam, ya berat memang,” tukasnya. Sebagai antisipasi kekurangan tenaga, pihaknya sudah merekrut relawan. Namun terkendala biaya insentif. Sebab sudah tiga bulan terakhir relawan COVID-19 belum mendapat honor. “Nah ini insentif rumah sakit beda dengan dinas. Dinas Rp 21 miliar dia bisa bayar terus, kalau kami hanya bisa bayar sampai bulan lima. Kami masih menunggu APBD untuk pembayaran nakesnya, kami hanya dikasih Rp 5 miliar ya habis,” sebutnya.. “Seandainya kasusnya sedikit mungkin banyak (anggaran) tapi insentifnya kan tergantung dari jumlah kasus. Ini hanya sampai bulan 5, jadi bulan 6 dan 7 belum dibayar. Mudah-mudahan relawan tidak teriak lagi. Biasanya mereka teriak kalau tiga bulan tidak dibayar karena mereka tidak terima gaji,” tutup Akbar.(luk/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait