Kutai Barat Ada 255 Meninggal Dunia Akibat COVID-19
Jumat 10-09-2021,11:09 WIB
Reporter : admin7 diskal
Editor : admin7 diskal
Kubar, nomorsatukaltim.com- Selama pandemi COVID-19, sudah tercatat 255 orang yang meninggal dunia di Kutai Barat (Kubar), hingga Rabu (8/9/2021). Sementara itu 10.235 kasus terkonfirmasi positif dan 9.503 orang selesai isolasi.
Kutai Barat meliputi 16 kecamatan tercatat lima kecamatan terbanyak untuk kasus positif yakni Barong Tongkok 2.367 orang, Melak 1.231 orang, Damai 1.037 orang, Sekolaq Darat 946 orang, dan Linggang Bigung 893 orang.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kubar Rita Sinaga, rapat virtual persiapan pembelajaran tata muka (PTM) terbatas bagi semua sekolah se-Kubar. Rapat ini dipimpin Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Ayonius, didampingi Kepala Dinas Pendidikan Petrus Ngampun.
Untuk pelaksanaan vaksin COVID-19, kata mantan Pimpinan Puskesmas Melak, sasaran vaksinasi se-Kubar 133.761 orang. Sementara capaian dosis pertama vaksisnasi 43.707 orang (32,7 persen), dan capaian dosis kedua vaksinasi 27.919 orang (20,9 persen).
Khusus untuk tenaga pendidik sebanyak 4.224 orang series pertama dan 4.037 orang serius kedua vaksinasi. Sedangkan vaksinasi anak sekolah mulai usia 12 sampai 17 tahun di Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang yang belum melaksanakan.
“Hal ini yang akan kita targetkan lagi agar dilaksanakan vaksinasi,” katanya.
Dia juga mengatakan, harus sama-sama memerangi info hoaxs di media sosial. “Karena dikatakan di media sosial sudah divaksin, kok masih terkena Covid,” katanya.
Soal kematian, kata dia, sudah menjadi takdir. Namun upaya vaksinasi adalah harus dilakukan dan telah menjadi program pemerintah. “Bahkan vaksinasi itu pun halal,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekkab Kubar Ayonius mengatakan, penanganan Covid harus bekerja sama. Tidak saja dibebankan kepada pemerintah. Seperti isolasi mandiri (isoman) agar tidak menjadi tumpuan ke pemerintah kabupaten. Karena geografis Kubar masih sangat sulit dan jauh.
“Kecuali kalau pasiennya sudah fatal harus isoman ke rumah sakit. Karena kalau setiap pasien di rujuk ke rumah sakit bisa tak tertanggani karena jauh jaraknya,” kata Ayonius.
Untuk penanganan lebih cepat dan terdekat, maka dilakukan oleh pemerintah kampung berkoordinasi dengan petugas kesehatan di puskesmas pembantu. (luk/fdl)
Tags :
Kategori :