Kutai Kartanegara (Kukar) masih menjadi tempat favorit pengembangan pembudidayaan tanaman holtikultura jenis jagung.
nomorsatukaltim.com - Setelah pengembangan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar dengan program revolusi jagung jenis hibrida. Kini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur (Kaltim) turut kembangkan jagung dengan jenis komposit.
Program ini merupakan kerja sama dan garapan antara BPTP Kaltim dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, G Budisatrio Djiwandono, yang juga merupakan legislator daerah pemilihan (Dapil) Kaltim. Yang melahirkan jagung komposit jenis Lamuru. Di Kukar sendiri penanaman varietas ini dilakukan di dua kecamatan. Yakni di Kelurahan Loa Ipuh Kecamatan Tenggarong, dan Desa Manunggal Daya Kecamatan Sebulu.
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Seno Aji mengungkapkan, hasil pengembangan bersama BPTP Kaltim cukup luar biasa. Hasil panen perdana ini akan digunakan sebagai bibit untuk ditanam kembali di wilayah lainnya di Kaltim.
Namun diungkapkan Seno, kerja sama antara DPR RI dan BPTP Kaltim tidak hanya di sini. Akan terus dikembangkan lagi, dengan harapan Kukar menjadi pusat budidaya holtikultura.
"Tindak lanjut ke depannya akan kita pikirkan, apakah memperluas lahan atau menambah (infrastruktur) mesinnya, kita berharap tidak hanya hulunya saja, tapi hilirnya juga," terang Seno Aji, Selasa (3/8/2021).
Sementara itu, Kepala BPTP Kaltim, Fausiah T Ladja menyebut, total lahan yang digunakan untuk pengembangan jagung komposit Lamuru ini mencapai 9 hektare. Masing-masing 8 hektare di Kecamatan Tenggarong dan 1 hektare di Kecamatan Sebulu. Dengan hasil panen mencapai 9 ton/hektare.
Selanjutnya, hasil panen ini nantinya, dijelaskan oleh Fausiah, akan diserahkan ke petani lainnya di Kaltim, untuk kembali dikembangkan agar menghasilkan bibit-bibit baru jagung komposit Lamuru ini. Fausiah pun menjelaskan, bibit jagung komposit Lamuru yang sudah tersertifikasi ini selain untuk dijadikan bibit kembali. Juga akan dipergunakan untuk pakan ternak. Sehingga memiliki dwifungsi.
Tak hanya itu, Fausiah pun mengklaim jagung komposit hasil pengembangan bersama ini memiliki keunggulan tersendiri. Di antaranya tahan akan penyakit yang biasa dikeluhkan oleh petani jagung.
"Target kita harapan jangka panjangnya ada pabrik pakan jadi bisa mengambil hasil yang dikembangkan ini dan diproduksi," ungkap Fausiah.
Berbicara terkait kualitas antara jagung komposit yang sedang dikembangkan ini, dengan jagung hibrida yang sedang digalakkan oleh Pemkab Kukar. Yakni hasil panen jagung komposit bisa langsung digunakan untuk benih kembali. Beda halnya dengan jagung hibrida yang hanya bisa digunakan sekali tanam. Untuk itu, ini diharapkan bisa mengatasi kendala ketersediaan benih.
"Harapannya paling tidak masalah klasik kelangkaan benih oleh petani teratasi," lanjut Fausiah.
Ditanya mengapa memilih Kukar. Fausiah menyebut berdasarkan hasil koordinasi dengan tenaga ahli, dikarenakan Kukar dalam beberapa waktu terakhir menjadi wilayah sentra pengembangan holtikultura jagung. Di mana memastikan lokasi dan tanahnya yang cocok di Kukar. Juga kelompok tani yang cukup kooperatif, dalam artian bisa ikut melaksanakan inovasi sedang dikembangkan oleh tim.
"Lebih fokus di sini, sebenarnya juga mendukung revolusi jagung Pemkab Kukar, mendukung kegiatan pemerintah daerah," pungkas Fausiah. (mrf/zul)