Ikhwan Antasari: Satu Famili, Beda Partai

Rabu 28-07-2021,09:22 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Paser, nomorsatukaltim.com - Pepatah buah jatuh tak jauh dari pohon, rasa-rasanya cocok disematkan buat Ikhwan Antasari. Lebih tepatnya, ibarat jeruk yang jatuh tak jauh dari pohon durian.

Ketua Komisi II DPRD Paser itu merupakan putra dari almarhum Hudriansyah Syarkawi. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menjabat selama dua periode di zaman orde baru. Sang paman, Yusriansyah Syarkawi merupakan Bupati Paser pada dua periode berbeda. Yakni periode 1999 – 2004 dan 2016 – 2021. Bukan hanya itu, paman lainnya, Bakri kala itu merupakan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tapi Ikhwan Antasari dikenal sebagai politisi beringin. Politik begitu mewarnai Ikhwan Antasari sejak kecil. “Saya terlahir pada keluarga yang lingkup dengan dunia politik,” ujar Ketua DPD II Partai Golkar Paser itu. Ikhwan mengenang masa-masa kecilnya. Jika anak seusianya memilih bermain, ia ikut mendampingi sang ayah bertemu masyarakat. Saat itu, Ikhwan tak pernah mengetahui apa tujuan sang ayah. Bahkan sang mertua, Kaharuddin merupakan tokoh Golkar setempat yang pernah menjadi Wakil Bupati dan Ketua DPRD. Belakangan anak ketiga dari lima bersaudara itu, menjadi satu-satunya penerus estafet politik sang ayah. Berbeda-beda partai politik jadi hal biasa dalam keluarganya. “Demokrasi keluarga kami begitu kuat,” sambung pria kelahiran Februari 1984 silam. Selepas mengenyam pendidikan di bangku SMA 2002, Ikhwan tak langsung terjun dan bergabung pada partai. Ia memilih berwirausaha sebagai kontraktor. Pada 2004 ia masuk Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), selepas pemilu 2004. “Saat itu masih sebagai kader partai,” sebut jebolan SMA Negeri 1 Tanah Grogot dan Universitas Tridharma Balikpapan. Selang beberapa tahun, partai PDP bubar. Tepat pada 2013 dirinya pun bergabung di Partai Golkar, saat itu Ketua DPD II Golkar, Kaharuddin, yang tak lain mertuanya, mengajak bergabung. Di partai beringin Ikhwan mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kabupaten Paser, hingga akhirnya pada 2020 lalu diamanahkan menjadi Ketua DPD II Golkar Paser. Bergabung dengan Partai Golkar, jadi titik mula suami dari Nurhasah menjadi wakil rakyat. Pada Pemilu 2014 lalu, ia menyalonkan diri sebagai calon legislatif di daerah pemilihan (Dapil) IV, yakni Kecamatan Pasir Belengkong, Batu Engau dan Tanjung Harapan. Dikatakannya selain garis keturunan, juga diperlukan perjuangan. “Makanya saya bilang mungkin karena garis keturunan. Jadi rasa keinginantahuan begitu besar pada dunia politik, bukan tiba-tiba baru mengenal kemarin dunia politik baru masuk.” “Artinya sudah mengetahui politik dari perjalanan politik orang tua. Apalagi saat zaman orde baru,  dan partainya pun bukan partai pemerintah, yakni PDI. Begitu kerasnya perjuangan beliau ketika berada di partai itu,” ujarnya. “Ya bisa dibilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Orang tua (mantan anggota) DPRD dan saya juga tertarik. Alhamdulillah saya mendapatkan amanah dari masyarakat untuk periode 2014 – 2019,” tuturnya. Pada periode sebelumnya ia berada di Komisi II. Ikhwan mengenang banyak sekali pengalaman diperoleh. Bagaimana rasanya membantu masyarakat, khususnya pada sektor pembangunan. Karena persoalan infrastruktur banyak dibutuhkan. “Jadi memang kami anggota DPRD ini, saat membantu dan berhasil merealisasikan keinginan warga, rasa kepuasannya tak bisa tergambarkan. Bagaimana memperjuangkan jalan menjadi baik, pokoknya sangat luar biasa. Saya memang tidak aktif bermedia sosial, gembor-gembor. Ya, orang sendiri bisa melihatnya,” jelasnya. Salah satu pencapaian terbesarnya di gedung parlemen, yakni saat mengemban amanah menjadi Ketua DPRD Paser. “Saat itu hasil dari PAW (Pengganti Antarwaktu) H Kaharuddin (maju sebagai Wakil Bupati Paser). Meskipun hanya tiga bulan, tapi saya anggap itu pencapaian terbesar,” akunya. Penuh ketegasan, ia bilang sosok ayahnya dan H Kaharuddin mempunyai peranan besar dalam dunia politiknya, bagaimana berpartai dan bagaimana mengenal masyarakat. Dengan dua capaian dua tokoh politik itu jadi pelecut semangat Ikhwan. “Ya bisa dibilang guru terbaik saya di politik, kesuksesan tidak lepas dari kedua orang tua itu,” ungkapnya. Berbeda partai politik di keluarga besarnya sudah jadi hal biasa. Mulai PDI (PDI-Perjuangan), PKPI, PDP, Golkar hingga PKB. Mengingat sepupunya juga ada yang berasal dari partai berideologi moderat. "Artinya kami berbeda partai sudah biasa dalam lingkungan keluarga (keturunan) Syarkawi. Karena tujuannya juga sama untuk Kabupaten Paser yang lebih baik,” pungkasnya. *ASA          
Tags :
Kategori :

Terkait