Konsumsi Daging Sapi 100 Ribu Ekor Per Tahun, Lokal Penuhi 31 Persen, Sisanya Luar Daerah

Kamis 17-10-2019,16:11 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Dadang Sudarya. (Mubin/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com – Setiap tahun Kaltim mendatangkan 69 persen (sebelumnya disebut 75 persen) sapi dari luar daerah. Seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Sementara dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Kaltim hanya menerima bibit sapi. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Dadang Sudarya mengungkapkan, dari 30 ribu pasokan sapi, paling banyak berasal dari NTT. Hampir 19 ribu ekor sapi. Lebih dari 50 persen. Seluruh sapi yang masuk ke Kaltim berjenis sapi Bali. Sapi yang beratnya 250 kilogram sampai 300 kilogram per ekor. “Kalau jenis lain, hanya untuk bibit,” jelas Dadang saat ditemui diswaykaltim.com di kantornya yang terletak di Jalan Bhayangkara Samarinda, Kamis (17/10/2019) pagi. Pengiriman sapi dilakukan lewat tol laut. Tak ada hambatan. Karena kapal yang digunakan memang khusus mengangkut sapi. “Kapal milik pemerintah. Kapal Cemara Nasional. Ada empat kapal yang ke sini. Kapasitasnya 400 ekor. Di dalam kapal itu ada blowernya, tempat pakan, tempat minum, ada tugas para medisnya. Sehingga sapi tidak stres,” jelasnya. Ribuan sapi itu didatangkan swasta. Bukan dari pemerintah. Yaitu pedagang sapi antar pulau. Mereka menjualnya di sejumlah pedagang di Kaltim. Umumnya sapi dari luar daerah itu dijual di Samarinda. Sebagian kecil di Balikpapan. Sisanya dikirim di kabupaten/kota di Bumi Etam. “Samarinda itu pemotongannya sehari bisa kisaran 40 sampai 45 ekor. Kemudian di Balikpapan, pemotonganya 25 sampai 30 ekor per hari. Kalau kabupaten, ada yang cuma 10 ekor per hari, 7 ekor, 5 ekor, ada juga yang cuma 1 ekor,” beber Dadang. Sejatinya jumlah sapi di Kaltim terus meningkat. Namun seiring meningkatnya jumlah penduduk, bertambah pula kebutuhan terhadap daging sapi. Pada 1990, Kaltim hanya mampu menyediakan 15 persen sapi. Untuk kebutuhan masyarakat setiap tahun. Saat itu, penduduk Kaltim berjumlah 1.876.663 jiwa. Saat ini, Kaltim mampu menyediakan 31 persen sapi lokal. Dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa. Peningkatan jumlah kebutuhan sapi seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Tahun 1990, konsumsi sapi hanya berkisar 30 ribu ekor per tahun. Kini meningkat tajam menjadi 100 ribu ekor. “Meningkatnya kemampuan lokal menyediakan sapi, tidak secepat peningkatan konsumsi di masyarakat. Karena penduduk bertambah. Pendapatan juga berpengaruh,” sebutnya. Jumlah sapi yang diternak setiap individu membuat persediaan sapi lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Peternak terbiasa dengan pola peternakan tradisional. Setiap keluarga hanya memelihara 2 ekor sampai 5 ekor sapi. Dadang mengaku, pola itu akan diubah. Pemerintah menyediakan mini rect. Tahun ini terdapat lima unit mini rect yang dibangun pemerintah provinsi. Lokasinya di Penajam Paser Utara, Paser, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kutai Barat. Mini rect ini dapat meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara peternak. Setiap orang dapat mengembangkan 10 sampai 50 ekor sapi. “Tahun 2020 kita rencanakan 35 unit lagi. Ini yang difasilitasi pemerintah. Kalau dari masyarakat, memang sudah banyak,” pungkasnya. (qn/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait