Samarinda, nomorsatukaltim.com – Konsultan Teknik KONI Kaltim Dikdik Jafar Sidik menegaskan bahwa pelatih cabor yang akan berlaga di PON harus punya toleransi. Maksudnya, selama Ramadan dan sedikit waktu setelahnya, atlet jangan terlalu diforsir fisiknya.
Konsultan Teknik KONI Kaltim, Dikdik Jafar Sidik kembali memantau progres cabor belum lama ini. Ia ingin tahu apa saja yang sudah berhasil ditingkatkan oleh tim pelatih, ataupun sebaliknya. Sehingga bisa segera dibenahi sebelum PON bergulir.
Dalam laporan yang didapat, Kaltim berpotensi mengalami penurunan jumlah medali. Karena satu dan lain hal yang enggan ia terangkan. Namun secara umum, Dikdik menilai hal itu masih bisa diatasi di waktu yang tersisa. Menilik peta kekuatan per April 2021 ini. Dan hasil latihan selama pandemi, kontingen Kaltim cenderung stabil.
Hal lain yang banyak disampaikan oleh pelatih adalah mengenai program latihan selama Ramadan. Soal ini, Dikdik telah mengingatkan pada pelatih agar tidak terlalu memforsir fisik atlet. Apalagi ketika atlet yang bersangkutan sedang berpuasa.
Karena jika demikian, program latihan malah bisa sia-sia. Bukan meningkatkan progres, malah makin memundurkan. Yang hal terburuknya adalah mengurangi kans Kaltim untuk finis di 5 besar PON Papua.
Pengaturan jenis latihan dan timing-nya disebut Dikdik sangat vital dilakukan adaptasi selama bulan Ramadan. Termasuk juga mengatur pola makan dan istirahat atlet. Karena jika atlet berpuasa, maka otomatis waktu terjaga ketika malam hari lebih banyak ketimbang bulan-bulan lainnya.
"Kita ingatkan, apa yang sebenarnya harus diberikan di bulan Ramadan. Kebetulan kita sedang memanggil cabor untuk pemetaan ulang. Khususnya soal kekuatan lawan yang pastinya juga memiliki persiapan yang sama terhadap PON," terang Dikdik Jafar Sidik belum lama ini.
"Dan hasil dari pertemuan dengan cabor, selama persiapan di masa pandemi situasi dan kondisi relatif masih terjaga. Walaupun ada beberapa potensi dari proyeksi medali sangat perlu ditingkatkan."
"Nah, sebenarnya imbauan kami untuk cabor adalah menempatkan porsi latihan yang lebih tepat. Materi yang strategis diberikan di saat latihan."
"Misal bahwa latihan di pagi hari itu sifatnya menyempurnakan teknik. Latihan skill yang tidak melelahkan itu yang perlu diisi. Baru pada sore harinya latihan fisik. Ini yang kita imbau untuk dilakukan di bulan puasa. Perlu sebuah toleransi yang diatur benar-benar," pungkasnya. (frd/ava)