Naikkan Nilai Jual Rumput Laut, Kaltim Mulai Kaji Hilirisasi

Rabu 07-04-2021,10:22 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Kaltim mulai mengkaji kemungkinan hilirisasi rumput laut. Disperindagkop dan UKM Kaltim bersama rombongan, serta eksportir rumput laut belajar ke Pasuruan, Jawa Timur. Melihat peluang dan pembuatan tepung karagenan ke pabrik PT Kappa Carrageenan Nusantara.

Pabrik yang terletak di Desa Desa Kurung, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur diklaim satu-satunya produsen karagenan di Tanah Air. Pemiliknya bernama Hamzah. Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim M Yadi Robyan Noor bersama staf dan Ketua Tim Gubernur Untuk Pengawalan, Percepatan Pembangunan Adi Buchari Muslim, mengunjungi pabrik itu 31 Maret lalu. Hamzah adalah seorang sarjana teknik mesin. Ia mengubah rumput laut menjadi tepung karagenan. Karagenan sendiri merupakan sebuah senyawa yang dihasilkan dari ekstrak rumput laut Euchema spinosum dan Euchema cottonii. Senyawa penyatu antara minyak dan air tersebut mampu membuat 500 produk di sektor apapun. Seperti untuk bahan makanan, kapsul obat, pasta gigi, dan kosmetik. Pabrik itu mampu menghasilkan 40 ton tepung karagenan per bulan. Dengan mitra kerjanya ialah perusahaan swasta skala nasional dan internasional. Hamzah pun sudah mengantongi 12 paten produk turunan lainnya dari rumput laut. Yakni, kapsul, processing, serta bata ringan. Eksportir rumput laut Kaltim, Samuel Kurniawan Ang yang ikut serta dalam rombongan, tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Seperti pernah diberitakan, Samuel memiliki harapan untuk bisa memperluas pasar bisnisnya. Ia ingin bisa mengolah hasil rumput laut Kaltim. Dan bisa menjualnya bukan dalam bentuk bahan mentah. “Jadi tidak sekadar memasarkan yang raw material,” ucap Hamzah, saat menyambut rombongan, Rabu (31/3) lalu.   Konsep hilirisasi tumbuhan air berbentuk thallus, akan dicoba Samuel. Pria kelahiran Samarinda 43 tahun lalu itu merasa ironis. Karena selalu mengirim raw material rumput laut ke negara luar. “Di sisi lain, industri dalam negeri membeli keluar. Kenapa tidak kita yang mengolah saja, dan menggunakan tanpa harus membeli mahal,” ujarnya, Minggu (4/4) lalu. Sekadar informasi, 80 persen industri rumput laut di Indonesia fokus pada ekspor bahan mentah. Hanya 20 persen industri dalam negeri yang mengolah secara mandiri. Inilah yang menjadi salah satu alasan harga mentah produk rumput laut selalu fluktuatif. Samuel mencontohkan, harga pasar rumput laut di Kaltim berada di kisaran harga Rp 13 ribu hingga 14 ribu per kilogram. Harga tersebut semata-mata menyesuaikan permintaan pasar. Yang tentunya selalu mengalami naik turun harga. “Misalnya tiba-tiba Tiongkok mengurangi permintaan sebelum waktu panen, efek dominonya cukup mengerikan. Harga bisa Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu per kilogram. (Itu akibat) Kalau kita masih bergantung permintaan raw material,” jelasnya. Samuel menyadari ada nilai lebih produk yang diolah menjadi karagenan. Seperti yang dilakukan Hamzah. Ia menjual satu kilogram karagenan jenis Semi Refined Carrageenan sekitar Rp 200 ribu. Nilai tersebut mampu menjaga stabilitas harga pasar. Serta menjamin kesejahteraan petani. Dijelaskan Samuel, Hamzah membuat pabrik karagenan menggunakan banyak prinsip. Seperti kimia, fisika, mekanik, hidraulik, dan elektronik. Pabriknya memang tergolong kecil. Rumput laut jenis Euchema cottonii hanya bisa diproduksi 5 ton sehari. Namun, dari jumlah tersebut, sudah bisa untuk menampung hasil rumput laut satu kabupaten, seperti dari Bulukumba di Sulawesi Selatan. “Berapapun harga pasar, Pak Hamzah pasti membeli rumput laut Rp 14 ribu per kilogram setiap panen. Saya saja belum sanggup,” ucap Samuel yang sudah berkecimpung di bisnis rumput laut selama lima tahun ini. Samuel pun menilai pasar rumput laut Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus. Permintaan dan ketersediaan sangat memadai. Hanya saja, masih sedikit yang melakukan hilirisasi industri. (nad/eny) Optimalisasi Rumput Laut Kaltim Mengenai rumput laut, Benua Etam termasuk memiliki potensi yang bagus. Meskipun belum sehebat Nunukan, di Kalimantan Utara (Kaltara). Kota dengan moto "Penekindidebaya" itu, mengekspor ribuan ton rumput laut dalam setahun. Samuel sebagai eksportir tunggal bahan mentah rumput laut Kaltim, baru bisa mengirim kurang lebih 20 ton per bulan ke berbagai daerah. Seperti Sulawesi dan Jawa. Samuel juga mengekspor rumput laut ke Busan, Korea Selatan. “Ke Korea itu dari Maret kemarin sudah tiga kali. Totalnya 11,5 ton rumput laut, sesuai ukuran satu kontainer berukuran 20 feet,” terang Samuel. Ekspor dilakukan melalui pelayaran internasional langsung. Atau direct call via beberapa pelabuhan. Seperti Tanjung Perak, Terminal Peti Kemas Palaran, dan Pelabuhan Kariangau. Dengan harga rumput laut sekitar Rp 14 ribu per kilogram. Maka total ekspor yang dilakukan Samuel mencapai Rp 280 juta setiap bulan. Samuel tentu memiliki beban biaya. Ia membawahi sekitar 60 petani. Yang terdiri dari tiga kelompok tani di Bontang. Beban biaya yang harus ditanggung Samuel ialah transportasi, modal kepada petani, dan karyawan gudang. “Merogoh kocek sekitar Rp 20 juta untuk modal bibit kepada setiap kelompok tani. Modal tali dan plastik pengikat juga dibeli menyesuaikan kebutuhan. Ada timbal balik ketika memodali. Pertama, ada potongan (uang modal) yang kita dapat dan mereka jadi ikhlas menjual kepada saya sebagai pembeli tunggal,” bebernya. Setiap panen, Samuel memborong sekitar 7 ton rumput laut kering. Dibawa ke warehouse yang terletak di Kecamatan Sambutan, Samarinda dengan menggunakan truk. Terdapat tiga karyawan Samuel di warehouse yang diupah Rp 150 ribu per hari. Karyawan itu bertugas memisahkan rumput laut. Antara yang bersih dan yang belum kering. Yang bersih akan disimpan. Dan yang belum kering dijemur di tiga terpal berukuran 6x9 meter selama 2 sampai 3 hari. Pengeringan dilakukan menggunakan rumus rasio 10:1. “Ketika dijemur berat rumput laut menyusut. Jadi semisal diangkut basah 100 kilogram, itu bisa menyusut jadi 10 kilogram,” terangnya. Mengenai kebersihan dan kekeringan rumput laut, Samuel menyesuaikan spesifikasi permintaan pelanggan. Misalnya klien dari Korea, biasa meminta kadar air rumput laut maksimal 35 persen dan kotoran maksimal 2 persen. Total pengerjaan tiap pesanan kurang lebih satu bulan. (nad/eny) Dorong Eksportir Naik Kelas Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim M Yadi Robyan Noor memberi tanggapan. Roby menyatakan dukungan agar eksportir rumput laut bisa naik kelas. Roby meyakini, kemampuan Samuel yang merupakan satu-satunya eksportir rumput laut Kaltim untuk terus melesat dan naik kelas. Kata Roby, para eksportir di Kaltim memang berhasil dalam bertahan saat pandemi. Maka naik kelas pun tentu bukan hal yang sulit dilakukan. “Mereka (eksportir Kaltim) berani, juga cerdas (dalam) menangkap peluang,” sebutnya. Roby pun menyebut tiga kunci agar Samuel bisa naik tingkat. Yakni mampu memenuhi 3Tas. Seperti, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas. Untuk kapasitas sudah dibuktikan Samuel. Dan rasa bangga Roby, UKM binaan Disperindagkop UKM Kaltim itu berani menyejajarkan diri dengan pengusaha dari daerah lain. “Hari ini pembuktian dengan pelaku lain dari wilayah lain yang sudah ada,” ucap Roby. Samuel diharapkan Roby bisa mencontoh Hamzah. Jika produknya bisa dipatenkan, tentu harganya akan meningkat tinggi. Sebagai langkah awal, Roby mendukung Samuel magang di pabrik Hamzah. Sehingga business plan Hamzah dari hulu hingga hilir kelak bisa diterapkan oleh Samuel. Namun demikian, mengenai hirilisasi industri pengolahan karagenan, Roby enggan buru-buru. Bagi Roby, Kaltim perlu terlebih dulu mengkaji. “Ini memang sangat potensial. Tapi kita enggak boleh latah. Kita kaji secara komprehensif dulu,” imbuhnya. Menurut Roby, potensi adalah hal yang pasti. Tinggal realisasi dan keberanian daerah untuk unjuk gigi. Apalagi mengacu hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Pemprov Kaltim berjudul Studi Kelayakan dan Ekonomis Industri Laut Semi Refined Carrageenan (SRC) di Bontang, yang dilakukan 2016 lalu. Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa 11.495 hektare lahan berpotensi memproduksi rumput laut. Tetapi, baru 5.748 hektare lahan efektif digunakan. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menunjukkan bahwa di 2017, Kaltim menempati posisi kedua share domestik lalu lintas rumput laut. Dengan angka 9,02 persen. Persis di belakang Kaltara. Yang berada di posisi pertama. Sebagian besar rumput dari Kaltim dikirim ke Sulawesi Selatan sebesar 78,65 persen dan Jawa Timur 14,59 persen. Sementara itu, Ketua Tim Gubernur Untuk Pengawalan, Percepatan Pembangunan Adi Buchari Muslim mengatakan, hilirisasi industri pengolahan rumput laut sangat potensial. "Dalam rangka mempercepat perputaran ekonomi daerah kita," ucapnya. Hal ini, sebutnya, juga sesuai dengan visi misi Gubernur Kaltim, Isran Noor. Yakni berdaulat dalam pemberdayaan ekonomi wilayah, dan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan. Serta berdaulat dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Apresiasi pun diberikan Adi kepada Disperindagkop UKM Kaltim. Yang mampu membina para pengusaha untuk bisa melewati batasan. "Luar biasa upaya yang dilakukan Disperindagkop Kaltim," pungkasnya. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait