Bangun Pabrik Baru di Papua Barat, Pupuk Kaltim Buka Wacana IPO

Selasa 23-03-2021,13:45 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

JAKARTA, nomorsatukaltim.com- Produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menjajaki peluang meraih dana dari bursa saham. Anak usaha PT Pupuk Indonesia membutuhkan dana segar untuk membiaya proyek strategis senilai Rp 36 triliun, dalam lima tahun ke depan.

Opsi melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di pasar modal sebagai salah satu opsi pendanaan diungkap Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi. Menurutnya, lima tahun ke depan, perusahaan membutuhkan investasi sekitar USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 36,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.430 per dolar). “Untuk tahun ini belanja modal kami sekitar Rp 250 miliar. Tapi lima tahun ke depan investasi kita cukup besar, mencapai USD 2,5 miliar (sekitar Rp 36,1 triliun), jadi butuh pendanaan yang besar,” kata Rahmad Pribadi, seperti dilansir KataData,  Senin (22/3/2021). Dia menyebutkan, sebagian besar kebutuhan tersebut, yakni sekitar USD 2 miliar, akan digunakan untuk membangun pabrik pupuk baru di kawasan industri petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat. Pabrik ini akan memproduksi pupuk amonia-urea dengan kapasitas 1,1 juta ton per tahun, dan metanol dengan kapasitas produksi 1 juta ton. Menurut Rahmad proyek ini masih di tahap awal dan masih diskusi intensif dengan produsen gas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Rahmad menyampaikan, persiapan lahan akan dilakukan tahun 2022 untuk selanjutnya rekonstruksi pabrik pada 2023. "Jika sesuai rencana, maka pabrik tersebut bisa mulai beroperasi pada 2026," ujarnya. Menurut Rahmad, Pupuk Kaltim akan memproduksi sendiri urea dan amonia di pabrik tersebut, sementara produksi metanol masih mempertimbangkan untuk kebutuhan mencari mitra. Sedangkan sekitar USD 500 juta akan digunakan untuk proyek di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek tersebut terdiri dari pembangunan pabrik soda ash dan oleum chemical yang berbasis pada turunan kelapa sawit. Kemudian menyelesaikan pembangunan pabrik amonium nitrat untuk bahan peledak, revamping dan modernisasi pabrik-pabrik tua agar lebih efisien serta meningkatkan produktivitasnya. Dengan rencana ekspansi yang cukup agresif selama lima tahun ke depan ini, Pupuk Kaltim membutuhkan pendanaan dan investasi yang cukup besar. Meski demikian, Rahmad mengatakan bahwa pihaknya saat ini melirik berbagai opsi pendanaan, mulai dari utang, hingga ekuitas melalui IPO. “Kami tidak mau terkunci dari satu cara saja. IPO salah satu opsi pendanaan yang patut kami jajaki, dan masih kami jajaki,” kata dia. Dia mengatakan bahwa saat ini kondisi keuangan perusahaan sangat baik, dan hampir tidak memiliki utang, kecuali utang obligasi yang akan segera jatuh tempo senilai hampir Rp 1 triliun. Meski demikian utang tersebut dapat diselesaikan dengan likuiditas yang dimiliki perusahaan saat ini. Apalagi saat ini perusahaan didukung dengan ekuitas sebesar Rp 22 triliun, sehingga masih mampu membiayai proyek-proyeknya yang membutuhkan investasi hampir Rp 40 triliun melalui utang. “Dengan struktur finansial seperti itu kami untuk mempunyai multiple funding sources. Sebenarnya dari buku kita sendiri kalau full debt juga kuat. IPO tetap kami pertimbangkan sebagai salah satu opsi pendanaan, tapi bukan satu-satunya yang ada di atas meja kami sekarang,” tuturnya. Saat ini Pupuk Kaltim mampu memproduksi urea sebanyak 3.43 juta ton per tahun. Sedangkan produksi amoniak mencapai 2.74 juta ton per tahun dan produksi NPK 350 ribu ton per tahun. Perusahaan bermarkas di Kota Bontang, Kalimantan Timur ini mengoperasikan 5 pabrik yang memproduksi urea dan amoniak. Serta satu pabrik NPK.  (*/yos)
Tags :
Kategori :

Terkait