50 Persen Energi yang Digunakan Indonesia Masih Impor

Rabu 10-03-2021,06:05 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masih banyak dipenuhi melalui impor. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, Indonesia masih tergantung impor pada tiga komoditas energi fosil.

Di antaranya Liquefied Petroleum Gas atau elpiji, minyak mentah, dan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. Bahkan dia menyebut importasi lebih dari 50 persen dari kebutuhan. Djoko mengatakan, pemerintah terus berupaya mencapai ketahanan dan kemandirian energi. Hal itu ditandai dengan upaya menekan impor pada tiga komoditas tersebut. Bbahkan ditargetkan sampai tidak impor sama sekali. “Komoditi impor elpiji, BBM bensin, dan minyak mentah angkanya yang semakin turun. Ada target sampai nol. Kalau enggak impor lagi, ketahanan dan kemandirian energi Indonesia semakin baik,” ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (8/3). Djoko menjelaskan, untuk menekan impor minyak mentah, sudah ada program produksi 1 juta barel per hari (bph) oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan Pertamina. “Kita sudah mulai kurangi impor BBM jenis bensin dan solar. Alhamdulillah solar sukses kurangi impor dengan biodiesel 30 persen (B30) dan untuk bensin kita ada program Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG),” jelasnya. Selain itu, pemerintah juga punya program kendaraan listrik. Saat ini, menurut Djoko, sudah ada sembilan produsen di dalam negeri yang menjual motor listrik. Menurutnya, 60 persen konsumen bensin adalah motor. “Kendaraan listrik sebagian sudah dijual di Indonesia produksi Hyundai, Nissan, bahkan Grab dan taksi, kendaran dinas Kemenhub juga (pakai kendaraan listrik),” paparnya. Kemudian untuk menekan impor elpiji dilakukan dengan membangun jaringan gas (jargas) kota. Meski investasinya mahal, namun program ini terus didorong demi menekan impor elpiji. Selain itu, imbuhnya, pemanfaatan kompor listrik juga terus didorong. PLN punya target 1 juta kompor listrik. Namun sayangnya penggunaan kompor listrik baru bisa digunakan oleh pemilik daya 1.300 watt ke atas. Daya kompor listrik masih cukup tinggi. Yakni 1.000 watt hingga 2.000 watt. Diharapkan ke depan akan ada kompor listrik dengan daya yang lebih rendah: di bawah 1.000 watt. “Sehingga pelanggan 450-900 enggak bisa gunakan penambahan daya. Kita harap bisa dibantu PLN dan pemerintah,” ungkapnya. Tidak hanya kompor listrik, demi menekan impor elpiji, pemerintah juga mendorong hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk substitusi elpiji. (cnbc/qn) Sumber: Bisa Nggak Sih RI Lepas dari Kecanduan Impor BBM Hingga LPG?
Tags :
Kategori :

Terkait