Cengkeraman China terhadap Pakistan

Selasa 02-03-2021,09:45 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Islamabad, Nomorsatukaltim.com - Presiden China Xi Jinping mengunjungi ibu kota Pakistan, Islamabad pada 20 April 2015, untuk menandatangani 51 nota kesepahaman yang membentuk inti Koridor Ekonomi China-Pakistan, atau China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), yang bersama-sama bernilai sekitar US$ 46 miliar.

Meski Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menandatangani perjanjian awal, penerusnya, Perdana Menteri Imran Khan, meneruskan warisan perjanjian itu. “CPEC adalah peluang besar bagi Pakistan. CPEC menghubungkan kita dengan China yang merupakan salah satu pasar terbesar,” tandasnya, sebagaimana dikutip The National Interest. Asad Umar, menteri perencanaannya, berbicara tentang manfaat yang akan diperoleh Pakistan. “CPEC sedang dikembangkan sedemikian rupa. Sehingga tidak hanya menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi kita. Tetapi juga menyediakan basis Pakistan untuk integrasi regional,” kata Umar kepada The National Interest. Meskipun proyek tersebut telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kedaulatan Pakistan, China semakin memandang dan memperlakukan Pakistan sebagai negara bawahan. Tampaknya pecundang terbesar di CPEC adalah mereka yang tinggal di Gilgit–Baltistan. Pakistan merebut Gilgit-Baltistan pada Oktober 1947. Setelah pemerintah Pakistan yang baru mengirim tentara militer ke wilayah tersebut dan menyita sebagian wilayah Kashmir. Awalnya, sebagian besar orang Gilgit menolak bergabung dengan Pakistan. Tetapi pihak berwenang Pakistan bersikap kasar atas nasib mereka. Dalam Perjanjian Karachi 1949, pemerintah Kashmir yang dikuasai Pakistan menyerahkan kendali penuh atas pertahanan dan kebijakan luar negeri Gilgit-Baltistan kepada pemerintah pusat Pakistan. Dua puluh lima tahun kemudian, Islamabad mencabut Aturan Subjek Negara, yang mencegah orang luar mencari tempat tinggal permanen, untuk Gilgit-Baltistan. Akibat dari itu, pembersihan sektarian dan etnis secara perlahan. Pada 1948, ketika Pakistan menginvasi, Gilgit-Baltistan terdiri dari setidaknya 85 persen umat Syiah. Jumlah itu telah turun secara drastis. Sekarang kemungkinan besar di bawah 50 persen. Sementara CPEC telah membebani Pakistan dengan utang, proyek itu tidak memenuhi ambisinya, meninggalkan Pakistan untuk menghadapi keniscayaan menggadaikan kedaulatan lebih jauh ke China atau lembaga keuangan internasional. Gilgit-Baltistan, bagaimanapun, yang oleh pemerintah Pakistan disebut-sebut sebagai “Pintu Gerbang menuju CPEC,” sekarang menjadi simbol janji palsu CPEC ke wilayah yang sudah terabaikan. Sementara Gilgit secara geografis penting untuk kesuksesan CPEC dan pihak berwenang Pakistan menjanjikan pembangunan di sepanjang jalan raya, tidak ada yang terwujud. Kesempatan yang dijanjikan dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan juga tidak terwujud. Sebaliknya, partai politik utama Pakistan telah menyedot sebagian besar uang dan proyek terkait ke benteng politik mereka sendiri di Punjab, Sindh, dan wilayah lain. Pada menit terakhir, misalnya, Islamabad membatalkan rencana pembuatan jalan Gilgit-Chitral dan mendukung jalan raya empat jalur sepanjang 50 mil antara Chakdara ke Fatehpur di Swat. Imran Khan bahkan menyetujui China untuk mengirim 400 ribu pekerja konstruksi ke Gilgit-Baltistan dengan mengorbankan tenaga kerja lokal. Bagi Gilgit-Baltistan, masalahnya bukan hanya kegagalan untuk meraup keuntungan dari CPEC. “Tetapi juga keinginan Khan untuk menyenangkan China telah menyebabkan kerugian besar,” tulis Michael Rubin di The National Interest. Atas perintah perusahaan tambang China, misalnya, Pakistan membatalkan izin penambang lokal. Pengembang China juga telah menggusur ribuan penduduk tanpa kompensasi. Di sini, menurut Rubin, sinisme Khan terhadap Gilgit-Baltistan dan manajemen yang buruk pada akhirnya dapat lebih merugikan CPEC. Dengan mengalihkan dana dari jalan Gilgit-Chitral, Khan telah memaksa wilayah tersebut untuk tetap bergantung pada satu jalan raya: jalan yang dapat dengan mudah dan berulang kali diblokir oleh penduduk setempat yang marah. Hal ini dapat mengganggu jadwal CPEC lebih lanjut, dan yang terburuk, dapat membuat banyak proyek lain tidak dapat dijalankan. (mmt/qn) Sumber: Tertutupnya Pintu Gerbang Koridor Ekonomi China-Pakistan
Tags :
Kategori :

Terkait