Dipengaruhi Masa Panen Vietnam

Senin 08-02-2021,10:39 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Masa panen bersamaan dengan Negara Vietnam, yang merupakan produsen terbesar di dunia, disinyalir sebagai penyebab harga komoditas lada di Kabupaten Berau mengalami penurunan.

Kepala Bidang Produksi Disbun Berau, Iwan Ardian mengungkapkan, untuk membicarakan harga tentu berkaitan dengan permintaan dan harga pasaran dunia. Bahkan, harga lada di Bumi Batiwakal sempat terpuruk di harga Rp 23 ribu per kilogram. Dan kini, harga komoditas impor itu stagnan di angka Rp 47 ribu-Rp 49 ribu per kilogram. “Setelah kami telusuri kenapa harganya tidak naik lagi, ternyata disebebkan Negara Vietnam panen lada pada waktu bersamaan dengan Berau. Dan harga tersebut, berlaku domestik," ujarnya kepada Disway Berau, Minggu (7/2). Dengan masa panen lada yang bersamaan, tentu lada Vietnam masih menjadi promadona atau prioritas di pasar Dunia. Sehingga, akan sulit mendongkrak harga lada di Berau. Kendati demikian, pihak tetap mendukung komoditas lada terus bergeliat di tengah tantangan harga murah. Terlebih lagi, sesuai peraturan menteri pertanian, Berau telah ditetapkan sebagai kawasan pengembangan lada secara nasional. "Kami wajib mendukung program itu yang dialokasikan untuk komoditas lada. Karena lada merupakan salah satu alternatif meningkatkan perekonomian masyarakat," tuturnya. Mencapainya, pihaknya terus melakukan perluasan lahan, intensifikasi serta peremajaan hignga rehabilitasi tanaman. Di tahun 2019, produksi lada terbesar di Berau di Kecamatan Biatan sebesar 302.936 ton dengan luasan 684 hektare (Ha), Gunung Tabur 311.600 ton dengan luas 676 ha, Sambaliung 130.080 ton dengan luas lahan 465 hektare  dan Tabalar 103.900 ton dengan lahan 167 hektare. "Untuk data luasan dan hasil panen di tahun 2020 belum selesai perekapan, kemungkinan Maret atau April baru keluar datanya," tutupnya. *DEW/JUN
Tags :
Kategori :

Terkait