Ekspor Moulding Kaltim Menggeliat

Senin 18-01-2021,11:47 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Produk olahan kayu berbentuk ornamen (moulding) asal Kaltim kembali menggeliat. Pesanan dari beberapa negara mulai ramai. Salah satu yang melayani permintaan ekspor ini adalah CV Wana Karya.

Azharin, direktur CV Wana Karya menjelaskan pihaknya kini sedang melayani permintaan ekspor ke Jepang dan Cina. Biasanya, per bulan mengekspor 3 kontainer moulding. Untuk nilai jualnya, per kontainer seharga Rp 430 juta. "Untuk saat ini orderannya cuma yang berbahan baku kayu ulin," ungkap Azharin, di sela kunjungan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kalimantan Timur (Disperindagkop UKM Kaltim), Kamis (14/1) lalu, di workshop-nya yang terletak di Jalan Rapak Indah, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang. Moulding adalah kayu berbentuk ornamen yang dibuat pada sepanjang permukaan, sisi atau bagian-bagian lain dari komponen kayu. Dengan moulding dapat tertutupi kesederhanaan konstruksi, kekeliruan sambungan, atau misalnya terdapat celah serta kekurangan-kekurangan lainnya. Produk ini biasanya digunakan untuk komponen perabot, alat penutup celah dinding, pigura penghias dinding, atau plafon. Azharin melanjutkan, dalam setahun ia mampu memproduksi pun 2.000 kubik kayu moulding. Yang bahan baku kayunya didapat dari hasil pembukaan lahan tambang maupun perkebunan. Ulin yang menjadi bahan primadona negara pemesan sempat dilarang. Setelah adanya Permenhut Nomor 20 yang melarang kayu ulin sebagai bahan baku. Tetapi, pada 2018 Permenhut itu diubah dengan Permenhut Nomor 106. Ulin kembali dibolehkan untuk diekspor. Akhirnya dengan perubahan itu, Azharin kembali mengembangkan bisnis kayunya. "Dulu kita pernah kirim ke Australia. Tepatnya di 2017. Tapi sudah tidak. Sekarang yang sering ya itu tadi, Jepang dan China," tambahnya. Sejak pandemi, tepatnya tahun lalu produksi moulding mengalami penurunan. Akibat minimnya permintaan negara pemesan.  Hanya 8 kontainer yang berhasil diekspor ke Jepang. Sedangkan tahun ini, sementara sudah ada permintaan 7 kontainer. Dengan tujuan pengiriman Tokyo. Februari nanti, mereka harus sudah mengekspor 2 kontainer. "Sudah ada sejumlah pesanan dari luar untuk tahun ini. Di sana memang ada pembatasan, sehingga pekerja juga terbatas untuk melakukan aktivitas. Namun bersyukurnya kami tetap mendapatkan orderan," terangnya. Sepanjang 2020 CV Wana Karya membukukan pendapatan USD 235 ribu. Atau senilai Rp 3,4 miliar. Nilai itu jauh menurun. Yang sebelum pandemi bisa mencapai Rp 12 miliar dalam setahun. Kendala selain pandemi ialah kenaikan harga pengiriman. Yang naik mencapai 40 persen. Beberapa kargo, kata Azharin, bahkan harus gulung tikar karena itu. Pengiriman ekspor disiasati memaksimalkan muatan 1 kapal. "Jadi satu kapal itu harus dipenuhin dulu, baru bisa jalan," terangnya. Kadisperindagkop UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor memberikan tanggapan. Ia menyatakan produk moulding kayu asal CV Wana Karya jauh lebih baik ketimbang produk asal Pulau Jawa. Kemudian, Roby, sapaannya, juga memberikan dukungan kepada industri kayu di Kaltim seperti Wana Karya. Ia menyatakan memang dari kebijakan pusat, semua produksi dibatasi hanya 25 persen. Menyebabkan permintaan sedikit karena kebijakan itu. "Baru di awal tahun sudah dapat orderan. Ke depannya kita harapkan ada keringanan juga untuk meningkatkan produksinya," ujar Roby. Eksistensi industri kayu di Kaltim, kata dia, akan kembali ditingkatkan. Upaya-upaya yang akan dilakukan seperti memfasilitasi pelaku UKM. Konteks ekspor menjadi fokus utama. "Bisa saja gratis, atau biaya ekspornya lebih kecil, namanya usaha harus untung kan," pungkas Roby. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait