Di Bontang malah kedua pasangan calon yang ikut kontestasi, terindikasi politik dinasti. Neni Moerniaeni adalah istri dari Andi Sofyan Hasdam. Mantan wali kota Bontang dua periode.
Neni juga seorang petahana. Sebelum menjabat wali kota, ia juga pernah menduduki kursi ketua DPRD Bontang. Kini putranya, Andi Faizal Sofyan Hasdam yang menjadi ketua DPRD.
Sebetulnya Neni dan keluarga Hasdam masih punya modal politik, ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Masih kuat berakar. Namun, lawannya Basri Rase – Najirah juga punya pendukung yang lebih kuat pada Pilkada 2020.
Kiprah Sofyan Hasdam dan keluarganya di Bontang hingga hampir 2 dekade, cukup mengakar. Dokter spesialis syaraf ini mulanya terjun politik lantaran diusung Partai Golkar pada 2001. Di masa ‘bayi’ reformasi baru tumbuh gigi.
Ketika itu, pemilihan kepala daerah bergantung pena anggota dewan. Hasilnya, Sofyan (Golkar) dan wakilnya dari kader PPP, Adam Malik, ketika itu yang terpilih memimpin Bontang 2001-2005.
Sofyan pun menyulap Bontang menjadi gemerlap. Cukup 5 tahun berkuasa ia mengubah drastis perwajahan Kota Taman itu. Mulai dari jalan protokol menjadi 2 lajur, hingga pendapatan daerah yang membumbung.
Istrinya, Neni Moerniaeni mula-mula seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Pun masih membuka praktik dokter spesialis kandungan di Samarinda. Bak pepatah lama, “di balik pria hebat ada perempuan luar biasa”. Ya, Neni itulah contohnya.
Lima tahun periode pertamanya, Sofyan tak kesulitan mencuri perhatian pemilih Bontang. Melenggang pada periode ke-2 pemerintahannya. Di masa inilah Neni mulai mantap masuk panggung politik.
Alumnus Fakultas Kedokteran Unhas itu terpilih sebagai anggota DPRD Bontang periode 2004-2009. Dinasti politik Bontang trah Sofyan Hasdam generasi pertama resmi dibentuk.
Di akhir masa jabatanya, Sofyan mendorong istrinya sebagai calon kepala daerah. Berpasangan dengan Irwan Arbain pengusaha konstruksi. Namun hasilnya tak memuaskan. Justru Adi Darma—Sekda di masa pemerintahan Sofyan- terpilih sebagai wali kota bersama kader dari PKS, Isro Umarghani.
Neni tak patah arang. Ia memimpin kursi parlemen Bontang periode 2009-2014. Fungsi kontrol dimainkan. Serius tanpa cela. Kebijakan Adi – Isro penuh rintangan, salah satunya jalan lingkar.
Pileg 2014, Neni mencalonkan sebagai Caleg DPR RI. Tak sulit bagi Neni. Warga Bontang tak punya pilihan lain. Sebanyak 64 ribu suara mengantarnya ke kursi empuk di Senayan.
Setahun menjabat, Neni lagi-lagi kembali ke Bontang. Kali ini modal nekat. Anggota partai Golkar ini justru memilih dari jalur independen maju di Pilkada 2015. Menantang sang Petahana. Neni – Basri menang mudah.
Narasi kampanye keberhasilan era Sofyan digaungkan pasangan ini. Publik “merindukan” Sofyan. Dan akhirnya menang.
Seperti déjà vu. Neni mulai merajut benang-benang yang sempat terputus. Kekuasannya dibangun pelan-pelan. Golkar diraih kembali. Sang putra, Andi Faizal Sofyan Hasdam didapuk sebagai ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
Dinasti politik generasi kedua mulai dibangun. Di Pileg 2019, putranya memecahkan rekor politik di Bontang. Untuk kali pertama perolehan suara tembus 4 ribu lebih. Dan hasilnya, Sofyan Hasdam junior dipercaya menjadi ketua DPRD Bontang hingga sekarang.