Ibu Rumah Tangga Jadi Wirausaha Melalui e-Commerce

Selasa 17-09-2019,19:53 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Susiyanti, pengrajin tas talikur di Balikpapan. (Fey/diswaykaltim.com)

Balikpapan, DiswayKaltim.com - Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengungkapkan, Balikpapan punya peluang sebagai basis produksi sekaligus pangsa pasar dalam mengembangkan industri berbasis penguasaan teknologi.

Kata wali kota, warganya bisa menjadi pelaku industri kreatif sebab telah akrab dengan teknologi informasi. “Data perusahaan telekomunikasi menunjukkan jumlah peredaran telepon pintar atau smartphone telah melebihi jumlah penduduk.

Artinya, jika 10 persen saja pengguna telepon pintar memanfaatkannnya untuk urusan jual – beli, maka masih banyak peluang untuk menumbuhkan sektor industri kreatif di Balikpapan,” katanya.

Demi membuka peluang itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan menyediakan infrastruktur, sarana pendukung dan kebijakan yang dapat menstimulasi industri kreatif.

Contohnya, membuka selebarnya investasi di sektor telekomunikasi yang menjadi tulang-punggung teknologi. Kemudian menyiapkan Gedung Kreatif sebagai ‘ruang kerja’ dan etalase karya pelaku industri kreatif Balikpapan. Wali kota sadar betul bahwa pergerakan ekonomi di masa depan akan mengandalkan teknologi.

"Karena itu pendukungan teknologi sangat dibutuhkan dalam mendorong para pelaku ekonomi membentuk ekosistem digital guna mendukung potensi ekonomi,” kata bekas wartawan daerah itu.

Rizal mengambil contoh perkembangan transportasi daring yang tidak hanya meningkatkan pendapatan tukang ojek. Melainkan juga ikut mendorong tumbuhnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Rizal Effendi bilang, perkembangan teknologi informasi telah menyetarakan peluang seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

“Semua punya peluang untuk sukses sama-sama. Baik yang sarjana maupun berpendidikan rendah bisa sejahtera, asal mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi,” jelasnya.

Dari Media Sosial Menjadi Wirausaha

Salah satu masyarakat yang memanfaatkan teknologi untuk memperbaiki kondisi perekonomian adalah Susiyanti.  Ibu rumah tangga dengan dua anak ini, mulai merajut tas talikur pada 2016. Saat itu, ia belum mengenal sosial media maupun marketplace, sehingga mempromosikan langsung karyanya dari mulut ke mulut.

Dalam sebulan ia hanya bisa menjual paling banyak dua pesanan. Namun sejak mempelajari sosial media, ia mulai mengekspos hasil rajutannya di dinding media sosial. “Sejak saat itu pesanan mulai bertambah,” kata perempuan kelahiran Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Dari situ, pesanan membuat tas talikur mulai berdatangan. “Pesanan datang dari keluarga, kemudian teman, dan tetangga. Umumnya tertarik dan minta dibuatkan karena polanya bisa disesuaikan dengan keinginan mereka,” kata Susiyanti.

Tak disangka Susiyanti mulai kewalahan menerima pemesanan. “Sekarang dalam sebulan bisa lima bahkan lebih,” kata dia. Bahkan, saat ini dia kesulitan memenuhi pesanan dengan tepat waktu.

Susiyanti mengaku menyadari keunggulan teknologi menuntut dirinya terus belajar agar dapat memanfaatkan untuk kelanjutan usahanya. “Kalau tidak mengikuti perkembangan teknologi internet maka informasi akan tertinggal jauh dengan pengrajin lainnya,” ucapnya saat dijumpai Selasa, (17/9/2019).

Ia pun mulai memikirkan untuk menjual hasil kerajinannya di marketplace. Buat Susiyanti, mengenal e-commerce juga bukan hanya meningkatkan penjualan tetapi juga mengetahui respons pasar terhadap model-model yang lagi populer. Sehingga menjadi bahan untuk merajut apa saja yang disukai oleh konsumen.

“Jualan online itu mungkin meningkatkan daya saing menurut saya. Dan juga merasa lebih percaya diri kan jadi banyak yang komentar dan menyukai dari model yang diperlihatkan. Ya setidaknya kita juga punya kualitas baik nih nggak kalah bersaing juga,” ujarnya.

Dengan mengakses pasar melalui dalam jaringan (daring), kini omzet yang diperoleh juga meningkat dua kali lipat. Adapun tas talikur yang dijual juga dibandrol dari Rp 100 hingga Rp 400 ribu.

“Sekarang omzetnya naik, hanya saja sang pemesan harus menunggu karena banyaknya pesanan yang datang. Bahkan kini bahan talikur juga dijual untuk pengrajin lainnya mengingat bahan-bahannya harus didatangkan dari Surabaya,” ujarnya.

Susiyanti berharap dengan usaha kerajinan tas talikurnya dapat lebih besar dan bisa membuka outlet rumahan kemudian dikenal oleh konsumen.

Berdasarkan data Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Balikpapan, saat ini sekitar 80 persen usaha mikro kecil dan menengah di bawah binaan Diskop UMKM telah mengenal aplikasi internet untuk memasarkan produk. Penggunaan internet selain cepat, aman, dan murah, juga memiliki jangkauan tak terbatas.

Sekadar informasi, Kementerian Komunikasi dan Informasi telah menggandeng 41 marketplace yang ada di Indonesia. Pada 2017, tercatat sudah  ada 4,6 juta UMKM yang bergabung dengan marketplace.

Selanjutnya pada 2018 ditargetkan 2,63 juta UMKM lainnya juga berjualan melalui marketplace. Dan ditargetkan transaksi e-commerce di Indonesia bisa mencapai angka 130 juta USD pada 2020.(k/fey/eny

Tags :
Kategori :

Terkait