Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Mochtar tak pernah menyangka bisa sampai di posisi saat ini dalam fase kehidupannya. Di mana ia menjadi seorang atlet golf andalan Balikpapan dan Kaltim sekaligus. Kiprahnya di cabor golf tak ada yang meragukan lagi. Padahal awalnya ia hanyalah seorang caddy. Yang tugasnya mendampingi dan melayani para pemain golf.
Alasan Mochtar memilih berprofesi sebagai caddy adalah karena pengaruh sang ayah. Yang juga berprofesi sebagai caddy.
Awalnya, Mochtar melihat golf sebagai olahraga elite. Karena yang bermain mayoritas dari kalangan atas. Orang-orang kaya yang tak jarang menjadikan golf sebagai sarana lain untuk menegoisasikan sebuah proyek. Atau hanya sekedar untuk memberi entertaint untuk klien mereka.
Perangkatnya pun terbilang mahal. Tidak bisa dijangkau oleh semua orang. Untuk satu set stik golf bekas saja. Mencapai Rp 10 jutaan. Harga barunya setidaknya butuh uang Rp 20 jutaan. Untuk bisa memiliki satu set stik golf baru. Semua orang tahu apa itu olahraga golf. Yang memang sudah sangat populer. Tapi apa semua orang pernah memainkannya? Tentu saja tidak.
Sejak awal, Mochtar tak pernah setengah hati menjalani pekerjaannya itu. Ia memang sudah kadung jatuh cinta dengan golf. Dari usia 10 tahun ia mengenal orahlaga itu. Berawal dari mengikuti ayahnya bekerja di klub golf Pertamina Balikpapan.
Maka ketika sudah cukup umur. Ia memutuskan untuk menjadi seorang caddy. Yang tentu itu adalah sebuah kebahagiaan baginya.
Sebagai seorang caddy, Mochtar tentu sangat paham tentang aturan golf. Termasuk medan tempat ia bekerja. Karena penjelasan-penjelasan itu sangat diperlukan oleh pemain golf yang ia damping. Bahkan untuk mendalami pekerjaannya. Mochtar juga sedikit-sedikit belajar teknik golf. Dari mana dan siapa saja. Dari bacaan, maupun dari hasil pengamatannya saat bekerja.
"Dari kecil sudah tertarik dengan golf. Jadi belajar sendiri pas lagi sepi. Curi-curi waktu sembunyi main sendiri. Kalau ada security lari," kenangnya sambil tersenyum.
Seiring waktu berjalan. Mochtar makin menguasai golf. Apa saja tentang golf ia tahu. Walau belum memiliki perangkat golf karena mahalnya harga tadi.
Tapi keberuntungan siapa yang tahu. Suatu hari, saat mendampingi seorang bos perusahaan. Orang tersebut kemudian tertarik dengan Mochtar. Karena dinilai sebagai caddy paket lengkap. Cara berkomunikasinya juga bikin nyaman.
Karena melihat ada bakat pada diri Mochtar. Bos tersebut membelikannya perangkat golf. Walau belum satu set. Itu saja sudah bikin Mochtar girang bukan main.
"Ada bos waktu itu belikan stik batangan (satuan). Ya dari sana diajak main. Kadang keluar kota. Pernah juga ikut kejuaraan itu pinjam punya bos," ujar Mochtar.
Batu loncatan itu tak disia-siakan Mochtar. Beberapa kejuaraan berhasil ia juarai. Praktis tabungannya bertambah. Dan ia bisa mengupgrade perangkatnya. Setidaknya tidak meminjam terus ketika akan bermain di kejuaraan.
Bakatnya kemudian terendus oleh Persatuan Golf Indonesia (Balikpapan). Ia pun resmi menjadi atlet yang mewakili Balikpapan di Porprov 2014. Yang berlangsung di Samarinda. Dan ia langsung memberi kesan pertama yang sempurna. Karena Mochtar berhasil menyumbang medali emas di Porprov pertamanya itu.
Kariernya kemudian terus menanjak. Ia mewakili Kaltim di PON 2016 Jawa Barat. Sayangnya saat itu Mochtar belum cukup pengalaman dan mental. Sehingga ia hanya berakhir di babak 10 besar saja. Tapi kegagalan itu tak lantas membuat ia menyerah. Ia asah lagi kemampuannya. Baik teknik dan mental bertandingnya.
Di Porprov Kutim 2018 lalu, Mochtar kembali menyabet medali emas untuk kontingen Balikpapan. Berlanjut setahun setelahnya ia kembali meraih emas di Pra PON. Otomatis ia memegang tiket otomatis untuk bermain di PON keduanya. Di PON XX Papua Oktober 2021 nanti.