Kaltim Rutin Ekspor Kayu Lapis dan Produk Kelapa Sawit

Rabu 30-12-2020,15:56 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com –Ekspor produk pertanian maupun non pertanian Kaltim menyentuh nilai Rp 7 triliun. Ada penurunan namun tak begitu signifikan. Tahun lalu realisasi eskpor pertanian dan non pertanian Kaltim mencapai Rp 7,6 triliun. Pandemi COVID-19 tak berdampak signifikan pada kemampuan ekspor Bumi Mulawarman.

Menurut Kepala Balai Karantina Kelas I Balikpapan Abdul Rahman, penurunan dampak dari pandemi terjadi karena beberapa negara melakukan lockdown pada awal COVID-19 mewabah. Namun situasi tersebut masih mampu terjaga pada komoditas ekspor pertanian maupun non pertanian. Pasalnya, pada September, Oktober, November dan Desember 2020 permintaan ekspor bergerak naik. “Ada penurunan sebesar 7,9 persen dibandingkan 2019 yang tercatat sebesar Rp 7,63 triliun. Pada tahun ini targetnya Rp 9 triliun atau naik 20% dari angka realisasi 2019,” jelas Abdul Rahman saat dijumpai Selasa kemarin, (29/12). Meski realisasi ekspor mengalami penurunan. Namun nilai ekspor pada periode September-Desember 2020 lebih besar. Itu jika dibandingkan dengan periode sama 2019. Hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan sebesar 32,05 persen. Yaitu dari Rp 2,74 triliun menjadi Rp 4,03 triliun. Pendapatan paling kecil sepanjang 2020 terjadi pada Mei. Yaitu senilai Rp 172,34 miliar. Sementara paling tinggi terjadi pada Desember sebesar Rp 1,19 triliun. Rahman melanjutkan, bahwa penurunan tersebut terjadi akibat negara tujuan seperti Malaysia, Jepang, dan Tiongkok menutup wilayahnya (lockdown). Pada 2020, komoditas yang secara konsisten diekspor adalah kayu lapis, produk-produk olahan kelapa sawit (RBD Palm Olein dan RBD Palm Stearin), dan porang. Adapun, komoditas yang tidak diekspor pada 2020 adalah pisang kepok, akar pasak bumi, jagung kering, dan jamur kering. “Karena saat itu Malaysia lockdown. Dan permintaan terbesar datang dari China. Sebenarnya komoditasnya tersedia,” ujar Abdul Rahman. Walaupun di sektor non migas saat ini masih didominasi oleh hasil tambang dan industri, ke depan, hasil pertanian akan berkembang lebih baik lagi. Abdul Rahman mengatakan, upaya yang dilakukan adalah memaksimalkan potensi komoditas yang ada di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Di antara komoditas tersebut adalah kayu chips (akasia) dan porang (cangkang sawit). Khusus porang, terdapat kurang lebih 200 hektare. Lahan tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Paser, Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan. “Banyak yang tertarik (menanam porang), seperti di Jonggol ada, di Sepaku ada,” sebutnya. Seperti dilansir data Badan Pusat Statistik. Bahwa kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan peningkatan signifikan pada periode November 2020. Angka ekspor pertanian meningkat sebesar 6,33% secara month of month (MoM). Dan meningkat hingga 33,33% secara year on year (YoY). (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait