Untuk Pasien Gejala Ringan

Senin 21-12-2020,10:28 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

HOTEL Cantika akhirnya dibuka untuk kali kedua sebagai Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Minggu (20/12). Sebanyak 19 pasien COVID-19 langsung dipindahkan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai.

Direktur RSUD dr Abdul Rivai Nurmin Baso mengatakan, jumlah pasien yang dipindahkan ke RSD bisa saja bertambah, jika ada tambahan kasus COVID-19. Data hingga Minggu (kemarin), pasien yang masih dalam perawatan sebanyak 148 pasien dari total 726 kasus konfirmasi positif. "RSD ini dibuka karena 3 fasilitas yang digunakan menampung pasien COVID-19 sudah penuh. Baik di RSUD, politeknik, maupun hotel yang saat ini digunakan. Hari ini (kemarin), 19 pasien dengan gejala ringan langsung dipindahkan ke RSD," ungkapnya, Minggu (20/12). Sementara, penempatan tenaga kesehatan (nakes), manajemen RSUD telah menyiapkan 18 orang hasil rekrutmen awal, dengan dipimpin satu dokter spesialis. 18 nakes itu, kata Nurmin, hanya 6 orang saja di tempatkan di RSD bergantian setiap seminggu sekali. Yakni seminggu bekerja, seminggu karantina, dan seminggu libur. Diakuinya, nakes yang disiapkan di RSD sudah mencukupi. Namun, tidak menutup kemungkinan pihaknya menambah 6 orang lagi, jika pasien COVID-19 di mengalami penambahan signifikan. "Jumlah nakes akan disesuaikan dengan jumlah pasien nantinya, makanya bertahap. Karena anggaran, kami usulkan 24 nakes. Alhamdulillah, saat rekrutmen cukup banyak masyarakat Berau yang berminat," jelasnya. Dikatakan Nurmin, tidak semua ruangan atau kamar di hotel itu dipakai seperti sebelumnya. Hanya sekitar 57 kamar dari dua bangunan hotel saja, yang digunakan untuk merawat pasien dengan tingkat gejala ringan. Serta beberapa ruangan untuk tenaga kesehatan ketika selesai bekerja. "Sementara ini kami siapkan 57 kamar. Selain kamar isinya satu orang, ada yang bisa menampung dua orang. Bahkan, ada kamar tambahan kasur untuk keluarga, jika ada satu keluarga yang terpapar COVID-19," jelasnya lagi. Menurut Nurmin, tidak semua pasien positif COVID-19 dibawa ke RSD. Tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien terpapar tetap seperti biasa, yakni setiap pasien harus dibawa ke RSUD lebih dulu, untuk melihat tingkat gejalanya. Sebab RSD disiapkan untuk pasien yang memiliki gejala ringan. Sementara bagi pasien memiliki gejala berat, tetap dirawat di RSUD untuk memudahkan penanganan medis. "Pasien yang akan dikirim ke RSD dicek dulu oleh dokter spesialis paru. Jika gejalanya, ringan akan dikirim ke RSD untuk pemulihan. Tetapi, ketika sudah di RSD kembali mengalami gejala berat, maka akan dibawa kembali ke RSUD," terangnya. Selama pandemik COVID-19, biaya untuk keperluan pembelian alat pelindung diri (APD) dan barang habis pakai (BHP) cukup besar biaya yang sudah dikeluarkan. Jika pihaknya membuka ruangan teratai untuk isolasi, belanja APD dan BHP sekira Rp 600-700 juta. Jika dua ruangan dibuka untuk isolasi seperti ruang Teratai dan Dahlia, maka biaya APD dan BHP mencapai Rp 900 juta, bahkan lebih. Dengan kembali dibukanya RSD COVID-19, maka jumlah untuk APD dan BHP sudah pasti lebih besar. "Karena APD dan BHP ini memegang peranan penting, dan merupakan senjata pelindung bagi kami dalam bertugas menangani pasien terpapar COVID-19. Kami berharap, Pemkab Berau terus mendukung menyediakan anggaran untuk penanganan COVID ini," harap Nurmin. Plt Bupati Berau Agus Tantomo mengatakan, dibukanya kembai RSD merupakan suatu keterpaksaan lantaran kasus penularan COVID-19 meningkat secara signifikan dalam beberapa hari terakhir. Apalagi tiga tempat untuk menampung pasien COVID-19 juga sudah penuh, yakni RSUD, politeknik, dan salah satu hotel di Tanjung Redeb. "Di RSD ini karena ada sekitar 57 kamar, diperkirakan mampu menampung pasien hingga 100 orang. Semoga saja tidak semua kamar nanti terisi karena kasus COVID-19," jelasnya. Dirinya menekankan kepada masyarakat, untuk tetap mematuhi protokol kesehatan mencegah terjadinya penambahan kasus. Apalagi, Januari mendatang program vaksinasi akan dilakukan di Kabupaten Berau. "Jangan sampai ketika menjelang vaksinisasi masih ada yang kena COVID-19. Rasanya sial betul," terangnya. Ketika disinggung terkait biaya operasional di RSD, baik air, listrik, dan keperluan lainnya. Agus mengatakan, akan didukung sepenuhnya Pemerintah Kabupaten Berau. Kendati anggaran untuk penanganan COVID-19 cukup besar, dirinya tetap mengimbau agar masyarakat dapat disiplin menjalankan prokes. Selain itu, dirinya juga berharap kepada petugas kesehatan sebagai garda terdepan, tetap semangat dalam menangani COVID-19. "Kami tahu mereka semua lelah, saya menyadari itu. Tapi saya memohon tetap harus sabar, dibutuhkan perjuangan tidak kenal menyerah, apalagi sampai sakit di saat seperti ini. Karena kami semua memerlukan nakes dan tenaga medis," pungkasnya.*/ZZA/APP
Tags :
Kategori :

Terkait