Kisah Kibo, Konsisten 5 Tahun Dirikan Perpustakaan Jalanan di Balikpapan

Minggu 22-11-2020,17:14 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Perpustakaan jalanan yang didirikannya menuai kesan. Hujan lebat kala itu menghentikan laju skuter Kibo. Motornya mogok. Bajunya basah kuyup. Hanya satu yang ia lindungi. Setumpuk buku berlindung dari balik jaketnya. Sekitar sejam lamanya, ia sampai di Taman Tiga Generasi, Balikpapan. Febri Adi Prasetio nama lengkapnya. Lebih memilih dirinya yang basah ketimbang buku yang dibawa.

Kenangan tiga tahun silam itu sulit pupus. Buku-buku yang ia lindungi, adalah harapan menumbuhkan minat baca warga Kota Minyak. "Saat itu rasa lelah saya terbayar. Karena setelah hujan reda, banyak yang datang," ujarnya tersenyum, saat ditemui, di Anonim Kopi, Jumat (20/11/2020). Kibo mengajarkan cara mempersiapkan lapak buku minimalis. Pendopo ukuran kecil di pojok taman. Dan penting effort atau upaya dan niat yang kuat. Keinginannya menggagas berangkat dari keresahan terhadap minat baca yang terus menurun. Dan fasilitas edukasi yang dinilai masih minim. Ia mulai mengumpulkan buku dengan jumlah seadanya. Sekitar 2016 lalu. "Kan saya pendatang, keluarga dari Jawa," katanya. Kemudian perlahan ia bertemu dengan orang-orang yang sepemikiran, dan akhirnya tercetus ide membentuk lapak buku. Persekongkolannya kemudian bertransformasi menjadi suatu komunitas. Nama komunitasnya Gembel. Akronim dari Gemar Belajar. "Bulan Maret, tanggal 13 tahun depan kita genap berusia 5 tahun," katanya. Upayanya selama ini membuahkan hasil. Meski naik turun. Timbul tenggelam. Tapi menurut pengamatannya, per bulan ada sekitar 300 sampai 350 kunjungan di lapak bukunya. Yang selama ini beroperasi tiap akhir pekan saja. Saat Sabtu dimulai pukul 17.00 wita sampai petang. Baca juga: Dikira Tidur Pulas, Warga Jalan Milono Ternyata Sudah Tak Bernyawa "Kita awalnya disalahpahami. Kita dikira menjual buku padahal tidak," kenangnya tertawa. Awalnya jumlah buku yang ditawarkan  cuma delapan. Itu juga dikumpulkan dari rekannya yang tergabung dalam komunitas. Kemudian bertambah seiring meningkatnya jumlah pembaca. Ada yang menarik. Kibo menerima sumbangan majalah dari seorang ibu. Majalah itu sudah tidak diproduksi lagi karena perusahannya bangkrut. Kibo memberikan petunjuk. Kepada tim Disway Kaltim. Majalah ini ngetrend tahun 90an. “Bobo,” sebut Kibo. Unik. Majalah itu ternyata masih digemari anak-anak sekarang. Bahkan banyak pula ibu-ibu yang mendapat referensi dongeng untuk dibacakan ke anak-anaknya dari majalah tersebut. "Sekarang jumlah buku yang kami data lebih dari 400 buku," terangnya. Mulai dari majalah, novel, buku sejarah, sampai buku kurikulum sekolah. Yang membahas rumus pitagoras, maupun hukum Archimedes. Bisa ditemukan di lapaknya. Tahun 2019 sampai 2020 merupakan proses metamorfosis Gembel. Komunitas ini ingin “menjajah” daerah lain. Ada upaya menumbuhkan minat baca, literasi dan edukasi  di Penajam Paser Utara (PPU). Kalau tidak ada aral merintang, komunitas ini  akan menyentuh daerah lainnya. Seperti Samarinda, Bontang atau Sangatta. "Perihal pendidikan itu kan sensitif. Kita tidak bisa memberi pendampingan itu kita enggak bisa order, kecuali melibatkan swasta. Mau tidak mau kita juga harus mengawal mutu dari pengajaran kita," urainya. Komunitasnya juga sempat terlibat beberapa program kolaborasi dengan komunitas lainnya. Misal agenda di 2018. Ada malam puisi, teatrikal dan pengenalan alat musik yaitu Sampe. Ia tak menampik jika muara dari literasi adalah seni dan hulunya adalah pendidikan. "Entah itu literasi numerik, atau entah apapun itu kembali kepada bagaimana caranya kita mengemas dan memberikan umpan balik kepada anak-anak, yang mungkin tidak sempat diberikan di ruang-ruang belajar formal," imbuhnya. Tapi dari semua itu kauncinya cuma satu: konsistensi. Seperti yang dicontohkan Kibo melalui komunitas gembel-nya. (ryn/boy)
Tags :
Kategori :

Terkait