Demi MTQ

Jumat 20-11-2020,10:51 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

PERJALANAN panjang hingga mencapai 13 ribu kilometer, tak membuat Nining R. Rusdin Wakiden, patah semangat. Untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-28 di Padang, Sumatera Barat.

Didampingi sang suami, Hasan Cl Bunyu, Nining dapat menjejakkan kaki di Padang, sebagai wakili Kalimantan Utara. Mereka memutuskan berangkat menggunakan sepeda motor dari Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pasangan suami istri ini, nekad menempuh perjalanan dari Parigi Moutong, Sulawesi Tengah sejauh 13 ribu kilometer. Selama 16 hari. Nining bersama Hasan pun, hanya membawa bekal pas-pasan untuk makan dan beli BBM di perjalanan. Berangkat pada 28 Oktober 2020, dan berdasarkan hitungan bekal mereka hanya akan cukup hingga di Jogjakarta, namun dengan keyakinan dan izin Allah, mereka tak menyangka bisa sampai ke Ranah Minang pada 13 November 2020. Setelah menyeberang empat pulau besar di Tanah Air, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera. Nining merupakan kafilah MTQ dari Kalimantan Utara pada cabang kaligrafi. Ia dan suami berdomisili di Sulawesi Tengah, sehingga berangkat dari Taopa, Parigi Moutong. Sementara, Hasan sehari-hari berprofesi sebagai guru agama Islam. Usai ditetapkan sebagai utusan Kalimantan Utara, mereka berdua pun memutuskan berangkat menggunakan sepeda motor dengan alasan mencegah penularan COVID-19. Pada 2018 lalu, Nining juga mewakili Kalimantan Utara mengikuti MTQ nasional di Medan, Sumatera Utara. Saat itu, karena belum ada COVID-19, dia berangkat bersama rombongan menggunakan pesawat udara. "Hampir setiap yang bepergian dengan pesawat udara di kampung kami dikarantina, dan dikucilkan masyarakat hingga satu bulan. Karena khawatir COVID-19, kami akhirnya memutuskan supaya lebih aman pakai motor saja," kata Nining, dilansir Antara, Kamis (19/11). Awalnya, dia sempat tidak mau berangkat. Karena khawatir COVID-19. Dia pun mencoba mencari rute kapal ke Belawan, Medan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Padang. "Namun, ternyata tidak ada jadwal. Akhirnya ada rombongan moge lewat, eh kenapa kita tidak coba naik motor," katanya. Tentu saja keberangkatan ke Padang menggunakan sepeda motor bebek, mendapat penolakan mulai dari petugas setempat hingga pihak keluarga. Namun, Nining dan Hasan tetap berangkat. Mereka pun ke Toli-Toli, lalu menyeberang ke Kalimantan. Lalu, menyeberang ke Surabaya. Sempat tertahan dua malam di Banjarmasin, karena salah jadwal kapal menyeberang ke Surabaya, Hasan sempat khawatir. Karena waktu makin singkat. Tepat 8 November 2020, akhirnya mereka pun sampai di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dan melanjutkan perjalanan menuju Jogjakarta. Sesampai di Jogjakarta, mereka pun mengikuti tes usap di fasilitas kesehatan setempat. Sebagai salah satu syarat peserta MTQ nasional oleh panitia di Sumatera Barat. Hasan dan Nining menyusur Jawa menuju Pelabuhan Merak, Banten, siang dan malam. Karena mematok target harus sampai di Padang paling lambat 14 November 2020. Mereka hanya beristirahat dua jam saja, selepas Subuh dan setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Untuk beristirahat mereka singgah di SPBU. Termasuk mandi. Sedangkan untuk makan di Pulau Jawa, ia mencari warteg dan hanya membeli satu bungkus nasi dengan dua lauk, demi menghemat biaya. Ia pun sempat ragu akan sampai, karena pada 9 November masih di Jogjakarta. Sementara, 14 November 2020, MTQ sudah dimulai. Sampai di Lampung, ia memutuskan lewat jalur lintas tengah, namun akhirnya memutuskan lewat Pagar Alam menuju Bengkulu hingga ke Muko-Muko. Akhirnya, 13 November 2020, sekira pukul 09.00 WIB, Hasan dan istri pun tiba di Bungus Teluk Kabung. Yang merupakan gerbang Kota Padang. Ia pun setengah tak percaya bisa sampai dan menanyakan kepada warga setempat hingga dua kali, apakah benar sudah berada di Padang. Setelah melewati 15 provinsi. ANT
Tags :
Kategori :

Terkait