Indri dan Phia telah selangkah maju dalam karier panahannya. Tahun depan, keduanya bakal membela panji Kaltim di PON XX Papua. Juga berpeluang membela Indonesia di ajang Sea Games. Sebulan usai PON. Indri awalnya adalah atlet atletik yang berputus asa. Sementara Phia sejak kecil adalah penari. Jalan mereka menuju Pelatnas panahan sungguh menggemaskan.
Farid Sholahuddin, Ahmad Agus Arifin (Samarinda)
Pertengahan Oktober lalu, Indri Purwati dan Rohani Sephia Ananda Hatta mengikuti seleksi Pelatnas panahan. Seleksinya daring, tapi memanahnya betulan. Indri memanah di Bumi Sempaja Samarinda. Mulai jam 12 siang. Pas panas-panasnya. Sewaktu angina sedang kencang-kencangnya. Agak sulit baginya, tapi pada akhirnya berhasil juga dia lewati skor minimum.
Sementara Phia memanah di Tenggarong. Pada pagi hari. Aksi keduanya disiarkan langsung melalui aplikasi Zoom. Dipantau beberapa orang di lokasi, dan beberapa lainnya di pusat.
Yang menarik, semua atlet yang mengikuti seleksi harus lebih dulu menjaminkan uang sebesar Rp 1 juta. Uang pribadi. Jika melewati batas skor minimum, uang kembali. Tapi belum tentu lolos seleksi. Karena masih adu skor dengan peserta lainnya. Kalau tak melewati skor minimum. Ya, uang hangus.
“Pertama kali saya ikut target harus lolos, tapi tidak terlalu maksakan diri, minimal uang pendaftaran bisa kembali. Karena kalau nda lolos uang hangus. Dan saya tembus poinnya,” ungkap Indri.
Phia juga sama. Motivasinya adalah mendapatkan uangnya kembali. Ya, namanya juga sedang pandemi. Uang Rp 1 juta adalah nominal yang besar bagi mereka. Karena alasan ini lah banyak atlet di Kaltim ataupun daerah lain tak ambil bagian pada seleksi Pelatnas ini. Selain karena tak yakin melalui skor minimum karena lama libur latihan akibat pandemi.
Tapi hasil kerja keras Indri dan Phia tak mengkhianati. Keduanya tak hanya mendapatkan uangnya kembali. Tapi berhak lolos ke Pelatnas. Indri meraih 692 poin, sedangkan Phia 691. Batas minimalnya adalah 680. Indri bahkan lolos dengan poin tertinggi alias peringkat 1. Dan Phia, menjadi peringkat kedua. Mengagumkan.
Di Pelatnas yang diagendakan sampai September 2021 nanti. Indri dan Phia masih akan bersaing dengan atlet panahan terbaik Indonesia lainnya. Keduanya pun kukuh, target mereka adalah lolos ke Sea Games. Tidak boleh tidak.
Tahun 2021 secara otomatis akan jadi tahun yang sibuk bagi Indri dan Phia. Karena mereka harus membagi fokus antara PON dan Sea Games.
“Ya secara pribadi maju aja, meskipun saya tahu itu bakal sulit. Artinya ada 2 jadwal yang mepet banget. Ya fokusnya pada Pelatnas Sea Games dulu ya. Duluan Sea Games (pemusatan latihannya) kan. Lagian akan diuntungkan banget dengan pemusatan latihan itu. Fasilitasnya lebih bagus harusnya,” lanjut Indri.
Bicara target, Indri dan Phia berbeda hal. Indri langsung menyebut jika tahun depan, dia ingin medali emas PON dan Sea Games sekaligus. Sementara Phia yang memang sangat pemalu, ingin fokus ke Pelatnas dulu. Lolos di seleksi Pelatnas dulu. Kemudian berpikir untuk mencari medali Sea Games perdananya.
“Tapi kalau PON, emas lah,” gadis penyuka menu lalapan ikan nila itu tegas.
*
KARIER PANAHAN
Indri mulanya adalah atlet atletik. Tapi langkahnya berat. Bertahun-tahun menempa diri, tak kunjung ia dapat kesempatan berkompetisi di kejuaraan bergengsi. Putri pasangan Sudarna dan Yaya Hasnawati itu akhirnya menyerah saat usianya memasuki 18 tahun.
Usia yang seharusnya Indri sudah menapaki karier atletiknya lebih serius. Sampai akhirnya ada bisik-bisik soal olahraga panahan. Indri mulai pikir-pikir. Meneruskan atletik, pindah ke panahan, atau berhenti menjadi atlet. Untuk menjalani hidup konvensional. Selayaknya wanita kebanyakan.