Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pengurus Kota Wushu Indonesia (WI) Samarinda sedang disorot. Yang menyoroti adalah anggotanya sendiri. Terkhusus dari kalangan pelatih, yang diwakili oleh Eko Supriyadi.
Eko yang merupakan pengurus pengkot sekaligus pelatih senior itu. Bersama pelatih lain sudah geram. Akibat tidak gercepnya Pengkot WI Samarinda. Yang bahkan dinilai, abainya sudah terlalu akut.
Yang paling ditekankan oleh para pelatih ini adalah soal konsep pembinaan atlet. Sudah cukup lama pengkot tidak menggelar kejuaraan tingkat kota. Sudah begitu, dihantam pagebluk pula. Membuat pembinaan wushu di Samarinda seperti mati total.
“Saya berharap agar olahraga wushu Samarinda kembali bergeliat dengan program latihan pembinaan. Itu yang poin utamanya. Kan secara otomatis akan memunculkan kompetisi di wilayah atlet,” urainya belum lama ini secara khusus pada Disway Kaltim.
Yang diinginkan para pelatih ini sebenarnya sederhana. Yakni agar pengkot membuat kejuaraan. Agar atlet bisa mengukur kekuatan dan skillnya. Dari seleksi tak langsung itu, bisa dilanjutkan ke program pembinaan intensif dan berjenjang.
Sehingga atlet tidak lagi gamang. Ke mana dan seperti apa jenjang karier mereka. Yang tentu para atlet tak hanya ingin berkutat di level kota saja. Ingin juga naik kelas ke level provinsi, nasional, syukur-syukur bisa sampai internasional.
Tapi dalam kondisi kepengurusan yang ‘mati suri’ seperti ini. Jangankan bicara prestasi. Hal-hal dasar dalam pembinaan atlet saja tidak dilakukan.
Padahal tak lama lagi akan digelar Pra Porprov. Sebagai ajang pencarian tiket lolos ke putaran final Porprov Kaltim tahun 2022 mendatang. Di masa yang hanya menyisakan beberapa bulan sebelum Pra Porprov, WI Samarinda harusnya sudah cukup jauh membawa atletnya dalam persiapan.
Secara keorganisasian pun, Eko yang kelahiran Tenggarong itu menyebut bahwa WI Samarinda masih jauh dari kata ideal. Karena itu beberapa waktu lalu Eko dan kolega melapor ke KONI Samarinda. membawa surat resmi. Memohon agar WI Samarinda dievaluasi kinerjanya. Apa saja yang sudah dilakukan pengurusnya selama ini. Sampai pembinaan atlet terbengkalai.
“Jadi ibarat kata. Kami ini kekurangan ruang untuk berekspresi. Meski secara profesional kami tetap berlatih. Lebih dari itu kami minta agar ada lagi proses pembinaan berjenjang. Kan jelas nantinya atlet mau ke mana arahnya,”jelasnya menambahkan.
“Saya berharap supaya segera ada solusi ya. Sudah lama sekali tidak ada dilakukan kejuaraan. Sementara kejuaraan setingkat provinsi sebentar lagi bakal bergulir,”pintanya lagi.
Tanpa kejuaraan, kata Eko. Akan membuat atlet kehilangan minat untuk melanjutkan karier wushunya. Dengan mental yang buruk, tentu peningkatan kualitas sukar diraih.
“Jadi harus ada kegiatan. Intinya pelatih dan atlet yang tersebar di Kota Samarinda ini harus diakomodir dengan baik. Karena selama ini juga masih intens latihan. Agar ada tolak ukur lah sejauh mana atlet wushu Samarinda ini menunjukan perkembangan. Baik segi kualitas dan mental tandingnya,” uajrnya.
Mantan atlet yang sekarang banyak melakukan aktivitas melatih di Kota balikpapan ini. Menegaskan bahwa sentilannya ini murni karena ingin melihat cabor wushu di Samarinda berkembang pesat. Karena sama sekali belum terlambat untuk dibenahi. Baik konsep pembinaan dan keorganisasiannya. Agar ke depan, WI Samarinda bisa fokus bicara prestasi saja.
“Wushu ini kan organisasi, Mas. Terdapat dua jenis yang dipertandingkan. Sanda dan Taolu. Tapi di Indonesia banyak dikemabangkan jenis Sanda. Jadi marilah bersama-sama kita bangun olahraga ini dengan tujuan yang jelas dan terarah ke depannya nanti,” pungkasnya. (frd/ava)