Gegap Gempita Digitalisasi saat Pandemi COVID-19

Selasa 17-11-2020,13:12 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

“Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang berisi berbagai aspirasi, strategi, dan wawasan. Untuk mendukung sektor industri di Indonesia. Terutama sektor IKM yang selama ini telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional,” tuturnya.

Sektor IKM dipandang memiliki peran besar terhadap PDB nasional. Terlihat dari sisi jumlah unit usaha atau serapan tenaga kerja. Tercatat dari total 16,5 juta tenaga kerja di sektor industri, sebanyak 10,5 juta berasal dari IKM yang tersebar di 4,2 juta unit usaha.

Gati menambahkan, penerapan teknologi 4.0 merupakan keniscayaan bagi pelaku IKM. Termasuk sektor logam. Agar memiliki daya saing dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan siap memasuki adaptasi kebiasaan baru akibat pandemi.

“Untuk itu, kami akan terus mendorong kolaborasi antara IKM logam dengan startup penyedia teknologi terkait penggunaan inovasi digital,” imbuhnya.

Contohnya, PT Sinar Mulia Teknalum, perusahaan yang dirintis sejak awal tahun 2010 di Sleman ini dipercaya menjadi pemasok pada industri lokal. Meliputi produk otomotif, sparepart mesin, alat-alat rumah tangga dan barang-barang mebel. Pemanfaatan industri 4.0 di PT Sinar Mulia Teknalum, antara lain adalah penggunaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP).

“Penerapan industri 4.0 itu setelah melalui pendampingan dari Kemenperin bekerja sama dengan PT Arkana Solusi Digital. Implementasi sistem ini akan memudahkan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan serta mengintegrasikan semua divisi di dalam perusahaan,” papar Gati.

Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara Bidang Politik, Pertahanan, dan Keamanan Kemensetneg, Gogor Oko Nurhayoko menyampaikan, dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19, pihaknya meyakini bahwa saat ini adalah momentum yang sangat tepat untuk mempelajari penerapan industri 4.0 bagi sektor IKM di Indonesia.

“Program pelatihan ini merupakan wadah bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai kondisi, tantangan, dan kesempatan. Khususnya di sektor IKM,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Colombo Plan, Phan Kieu Thu mengapresiasi Pemerintah Indonesia atas komitmennya. Yang terus mengimplementasikan program KTSST di tengah pandemi COVID-19.

Dia menegaskan, sejak menjadi anggota Colombo Plan pada tahun 1953, Indonesia terus berpartisipasi aktif dalam program kerja sama dengan Colombo Plan. Melalui pelaksanaan program pelatihan bagi negara anggota Colombo Plan.

TOKO ONLINE

Berbisnis memanfaatkan platform digital agaknya bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mempertahankan bisnis di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, tatkala mobilitas orang dibatasi demi menyudahi penyebaran virus yang sejauh ini diketahui berawal dari Wuhan, China itu.

“Lebih mudah,” kata Karlina Kurniawati, pelaku UMKM yang juga pemilik toko online Avocadron, ketika ditanya alasannya membuka toko online, saat acara bincang-bincang, sebagaimana dikutip dari Antara, Jumat (13/11).

Avocadron bermula ketika Karlina membutuhkan alpukat untuk menaikkan berat badan anaknya. Ia kesulitan menemukan alpukat yang segar dan dalam kondisi baik di Jakarta.

Ketika ia menemukan alpukat kualitas baik di Yogyakarta dan menemukan cara untuk mendatangkannya dalam jumlah banyak, ide untuk berjualan pun muncul dan dimulai dengan menawarkannya via sistem pra-pemesanan (pre-order) ke teman-temannya melalui media sosial. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang tertarik membeli alpukat dari Avocadron.

Dari berjualan di media sosial, Karlina akhirnya tertarik membuka toko online. Karena selain mudah, platform jualan daring juga menawarkan jasa pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengiriman produk makanan segar. “Waktu itu, ada pilihan pengiriman kurir instan. Ini sangat cocok dengan kebutuhan kami,” kata Karlina.

Bagi Avocadron, membuka toko di platform online memberikan kemudahan-kemudahan yang tidak didapatkan ketika berjualan secara mandiri di media sosial. Yakni mekanisme pemesanan dan manajemen produk.

Ketika berjualan di media sosial, Karlina mengaku mencatat dan memproses semua pesanan yang masuk sendiri. Termasuk untuk urusan memesan kurir logistik. Begitu beralih ke marketplace, ia tidak perlu mengerjakan semua hal. Karena ada yang bisa dilakukan oleh sistem. Termasuk untuk catatan pesanan yang masuk dan pilihan kurir pengiriman.

“Saya terbantu karena semua bisa dikerjakan dari rumah. Kurir pun bisa langsung pick-up (ambil) barang ke rumah,” jelas dia.

Tags :
Kategori :

Terkait