Indonesia Butuh Investasi Besar di Hulu Migas

Kamis 05-11-2020,16:08 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Salah satu treatment untuk mendorong eksplorasi ini ialah melalui penggunaan dana Komitmen Kerja Pasti (KKP). “KKP akan dikejar SKK Migas kalau KKKS tidak melakukan eksplorasi,” ucap Susana.

HARAPAN DI INDONESIA TIMUR

Menurut Kukuh Jalu Waskita, akademisi sekaligus praktisi di bidang migas, tantangan pemerintah untuk bisa mendapatkan angka produksi minyak 1 juta BOPD dan gas 12 MMscfd di 2030 sangat berat.

“Diakui banyak pihak. Berat. Walaupun ada sedikit optimisme dan harapan ini bisa dicapai,” katanya kepada Disway Kaltim, Jumat (30/10).

Kukuh menyebut, hal itu realitas di lapangan. Karena angka produksi migas Indonesia dari tahun ke tahun secara alami akan mengalami decline atau penurunan. Hal ini lumrah. Karena kemampuan reservoir sekarang untuk berproduksi kian hari makin berkurang.

Mengenai strategi, ia berpandangan, untuk bisa mencapai target ambisius itu, tidak bisa hanya berharap lapangan pengembangan yang ada saat ini. Yakni blok-blok existing yang masih cukup besar produksinya. Seperti Blok Cepu, Blok Rokan dan Blok Mahakam.

Hingga beberapa blok yang masih bisa ditingkatkan produksinya seperti Blok Natuna, Blok Tangguh, Blok Sangasanga dan beberapa blok lain. “Blok-blok tersebut yang saat ini harus secara masif melakukan pengembangan dengan penambahan sumur-sumur development baru,” ujar pengajar mata kuliah Petropyhisics di STT Migas Balikpapan ini.

Namun, lanjut dia, upaya pengembangan lapangan untuk mempertahankan produksi belum cukup. Perlu upaya lain. Eksplorasi yang masif. Terutama di Indonesia bagian timur.

Indonesia bagian timur dinilai memiliki prospek masa depan bagi cadangan migas Indonesia. Sebab di wilayah itulah yang belum banyak dilakukan eksplorasi maupun eksploitasi. Seperti di Indonesia bagian barat.

Tantangannya, butuh modal besar. Dengan risiko yang tinggi. Ia bercerita, dulu, modal dan risiko yang tinggi itu masih banyak ditanggung oleh KKKS asing yang memegang kontrak. Namun, kondisi sekarang berbeda. Banyak blok yang sebelumnya dikelola KKKS asing, kini diambil alih oleh BUMN migas: Pertamina.

Sehingga, katanya, negara melalui Pertamina harus lebih berani melancarkan eksplorasi. Seperti yang dilakukan KKKS asing. Termasuk pada lapangan-lapangan offshore laut dalam. Tidak hanya di onshore atau darat.

Terakhir, Kukuh menyatakan, harapan juga ada di kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR). Yang berpotensi besar membantu meningkatkan produksi.

“Tantangannya lagi-lagi sama. Yakni masalah di biaya. Teknologi EOR ini masih dirasa terlalu mahal dalam kondisi saat ini. Jadi, peluang ini bisa tercapai jika harga minyak tidak fluktuatif rendah seperti sekarang,” tutupnya. (das/de/rpk/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait