Indonesia Butuh Investasi Besar di Hulu Migas

Kamis 05-11-2020,16:08 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Kemudian, merinci program prioritas dengan masukan dari pemangku kepentingan dan mengidentifikasi hal-hal yang dapat mempercepat pelaksanaan program tersebut, serta memberi penghargaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atas pencapaian kinerja di industri hulu migas.

SKK Migas menargetkan sebanyak 10.000 peserta dapat tergabung dalam forum ini. Mulai dari pemerintah selaku pemegang kebijakan, pelaku bisnis hulu migas nasional dan internasional, akademisi, termasuk awak media.

“Kami akan mengundang para pihak tersebut untuk berdiskusi dan menghasilkan program nyata. Yang akan mendukung visi SKK Migas,” ujar Fatar.

TRANSFORMASI HULU MIGAS

Fatar menambahkan, untuk mewujudkan visi jangka panjang, SKK Migas telah melakukan transformasi hulu migas sejak awal 2020. Melalui Rencana Strategis (Renstra) Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0. Transformasi ini mencakup kegiatan usaha hulu migas keseluruhan. SKK Migas selaku pengelola kegiatan usaha hulu migas yang menjadi penggerak.

Dalam Renstra IOG 4.0, SKK Migas menetapkan empat pilar strategis dan enam pilar pendukung (enablers) yang akan menjadi acuan industri hulu migas Indonesia untuk mewujudkan produksi 1 juta BOPD dan gas 12 BSCFD. Dari pilar-pilar tersebut, diperoleh 22 program utama dengan 80 target dan lebih dari 200 action plans yang akan dilaksanakan hingga tahun 2030.

Berdasarkan data SKK Migas, hingga Oktober 2020, terdapat 18 program telah diselesaikan. Sedangkan di tahun 2021 akan dilaksanakan empat program.

Menurut Fatar, tahun 2020 memiliki tantangan yang sangat berat dengan adanya pandemi COVID-19 dan rendahnya harga minyak. Hal tersebut mengoreksi pencapaian long term plan (LTP) SKK Migas sebesar 2,7 persen. “Namun apabila pandemi dapat dikendalikan di 2021, kami optimis LTP akan kembali on track pada 2022 dan 2023,” tutup dia.

KONDISI PRODUKSI

Dalam laporan SKK Migas pada 17 Juli 2020 yang dimuat di Buletin Bumi edisi Juli 2020, kinerja kegiatan usaha hulu migas sepanjang semester I-2020 tergambar dengan angka produksi minyak sebesar 720,2 ribu BOPD. Dan produksi gas sebesar 6.830 juta MMscfd.

Sementara itu, realisasi lifting minyak pada periode yang sama hanya mencapai 713,3 BOPD. Masih di bawah atau 94,5 persen dari target APBN sebesar 755 ribu BOPD. Dengan lifting salur gas sebanyak 5.605 MMscfd atau 84 persen dari target APBN: 6.670 MMscfd.

Dwi mengatakan, lifting minyak masih dapat diupayakan mendekati target APBN. Namun tidak demikian dengan target lifting gas. Yang cenderung sulit dicapai.

“Penurunan harga gas untuk industri yang efektif telah diberlakukan. Agar dapat meningkatkan serapan gas. Belum mampu memberikan dampak optimal,” katanya.

Pandemi COVID-19 dianggap telah menyebabkan penurunan kegiatan industri dan kelistrikan. Dan pada akhirnya menyebabkan penurunan penyerapan gas oleh end user.

Dwi menyebut, pandemi memberi dampak secara nyata pada usaha hulu migas. Namun demikian, pihaknya bekerja sama dengan KKKS membuat terobosan-terobosan. Untuk mendukung pencapaian target produksi 1 juta barel per hari pada 2030.

Pandemi ini telah membuat pengerjaan beberapa proyek hulu migas terhambat. Termasuk megaproyek yang masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN). Seperti diakui Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Susana Kurniasih, dalam Buletin Bumi edisi Juli.

Dia menyebut, pihaknya harus melakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. Sebab cadangan yang siap untuk diproduksikan saat ini sudah tidak banyak lagi.

Tags :
Kategori :

Terkait