Secara de facto dan de jure. Biliar, golf, dan bolling adalah olahraga prestasi. Tapi beberapa hal, utamanya karena cabor tersebut sangat berdekatan dengan sisi bisnis. Ketiganya masih terasa sebagai olahraga hiburan. Ini yang kemudian harus jadi perhatian besar.
Farid Sholahuddin, Arif Fadillah, Ahmad Agus Arifin
BELUM diketahui dari mana asal olahraga biliar ini. Beberapa referensi menyebut berasal dari Prancis, Spanyol, Italia, hingga China. Ada pula sumber yang mangatakan sejak abad ke-15 biliar mode jadul sudah populer di Eropa Timur dan Prancis.
Di abad ke-16, dalam Antony and Cleopatra, hasil karya Shakespeare pun permainan ini disebut di sana sebagai old egyptian sport. Sementara itu di tahun 1675 permainan biliar sangatlah populer di Inggris dan buku peraturan permainan ini pun diterbitkan di tahun tersebut.
Status biliar saat ini pun sama membingungkannya dengan asal usulnya. Secara legal termasuk kategori olahraga prestasi. Tapi dalam praktiknya, masih terasa sebagai olahraga hiburan.
Awal sengkarutnya ada dua. Satu; klub-klub biliar mayoritas belum memiliki venue latihan sendiri. Sehingga masih bergantung pada rumah biliar milik swasta. Dua; sebagai sebuah unit bisnis, rumah biliar memasukkan beberapa unsur entertaint. Misalnya, pemandunya haruslah gadis-gadis seksi. Misal.
Dua sisi ini yang belum bertemu saat ini. Rumah biliar dengan segala hiburan lain yang ada di dalamnya. Tak ubahnya seperti tempat hiburan lain. Sebut saja THM alias diskotik.
Yang ketika momen-momen tertentu, seperti bulan ramadan. Harus tutup. Praktis pada penutupan yang lebih sebulan itu. Atlet profesional biliar harus ikut libur. Mereka hanya bisa menjaga kondisi fisik saja dengan pola latihan mandiri.
Pun saat pandemi ini. Ketika tempat hiburan diharuskan tutup. Rumah biliar termasuk di dalamnya. Lagi-lagi dalam kondisi seperti ini. Atlet harus kembali libur.
“Pandangan masyarakat ke biliar ini udah parah memang. Maka kembali ke rumah biliar sendiri. Harus berbenah. Dan itu harus kita dukung,” kata Wakil Ketua 1 KONI Samarinda, Dandri Dauri secara eksklusif pada Disway Kaltim, Jumat lalu.
“Oke dari segi bisnis, mereka butuh sesuatu untuk menarik pelanggan. Dengan gadis seksi di dalam. Tapi sisi olahraga prestasinya juga harus dilihat.”
“Kita (KONI) akan sinergikan hal ini bersama dengan pemilik rumah biliar. Citra buruk itu perlahan harus kita hapus. Kan mereka juga rugi kalau bulan puasa harus tutup,” jelasnya panjang lebar.
Jika pada akhirnya nanti rumah biliar di Kota Samarinda tetap menjalankan bisnisnya dengan cara yang konvensional. Alias tetap menonjolkan citra entertaintnya. KONI Samarinda berharap ketika bulan puasa, rumah biliar yang menjadi home base klub biliar. Tetap bisa buka. Tapi khusus untuk atlet latihan saja.
Dandri menilai, kuncinya kini ada di Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI). Samarinda sendiri memiliki 20 klub biliar. Yang menaungi atlet profesional. Atlet yang bisa mengikuti berbagai kejuaraan resmi. Baik yang membawa nama pribadi, klub, daerah, ataupun negara.
Dari 20 klub itu. Mayoritas masih berstatus klub kecil. Mereka masih bergantung pada keberadaan rumah biliar. Untuk menjalankan program latihan.
Biasanya dalam 1 rumah biliar, terdapat 3 sampai 4 klub. Yang berlatih bergantian atau berbarengan.