“Ah kamu!. Adalah di administrator balai. Tapi kamu cari sendiri lah,” ujar Mr S.
“Abang lah yang ambil?,” pinta Henry.
“Jangan saya. Enggak enak. Pasti ketahuan”.
Mr S bercerita bahwa program perluasan lahan pertanian itu adalah proyek tahun 2015. Proyek tersebut dicanangkan pemangku kota untuk menunjang ketahanan pangan Kota Ulin. Karena selama ini, sebagian besar kebutuhan pangan didatangkan dari daerah tetangga. Namun, pada pelaksanaannya, terjadi lonjakan kenaikan anggaran. Dari 250 miliar menjadi 1,3 triliun. Ini yang janggal !!.
***
Pagi itu, pukul 08.00 Henry bergegas memandikan anak bungsunya. Sebagai suami, ia berbagi tugas dengan sang istri. Jam-jam segitu biasanya tengah sibuk berbenah dan memasak. Anaknya yang cikal, sudah berangkat sekolah sejam sebelumnya. Tinggal si bungsu yang masih belajar jalan.
Setelah memandikan si bungsu, giliran Henry yang mandi. Kali ini mandi kilat. Ia ingin segera ke balai. Karena pagi, para sinuhun belum ramai. Baru pukul 10.00 ke atas biasanya mulai berdatangan. Kecuali jika ada rapat besar. Hanya para administrator yang stand by sejak pagi.
Ini kesempatan Henry untuk mencari data yang disampaikan seniornya itu. Tanpa harus bertemu dengan para sinuhun. Henry pun punya teman karib seorang administrator. Yang mungkin bisa memberikan data yang diminta. Tanpa banyak yang tahu.
Supit. Dialah yang pertama kali dicari Henry. Sudah 6 tahun Supit bekerja di balai. Selama itu pula, ia mengenal Henry. Sering ngopi bareng di kantin pojok balai. Saat jam-jam istrahat. Supit juga sering memberikan informasi pada kaum Hermes. Termasuk Henry.
“Bu, saya berangkat dulu ya,” kata Henry, pamit kepada sang istri. “Lho, enggak sarapan dulu,” tanya Lisa, istri Henry yang sudah 9 tahun dinikahinya.
“Nanti saja, tadi sudah sarapan kopi sama tempe goreng,” jawab Henry.
Brum..brum.. Henry memacu motor bebeknya.
***
Sampai di balai, Henry langsung menuju ruangan di mana biasa Supit bekerja. Namun Supit tak nampak di ruangan itu. Hanya ada Nina, rekan sejawat Supit, yang sibuk merapikan berkas.
Henry pun mencari ke beberapa ruangan. Termasuk ruang rapat dan ruangan para sinuhun. Tapi Supit tak terlihat. “Kemana ya dia. Oh, paling di lantai dua” pikir Henry. Ia pun bergegas menaiki tangga.
Ternyata benar. Supit sedang barada di ruang kepala administrator. Bersama seorang pegawai lainnya. Karena terlihat serius, Henry lebih memilih menunggu di luar. Di sofa panjang yang biasa para tamu sinuhun dan kaum Hermes menunggu sinuhun.