60 Persen Lokal

Kamis 08-10-2020,10:21 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Renata/Disway

Widodo

Konsumsi Telur Ayam di Bumi Batiwakkal

TANJUNG REDEB, DISWAY - Konsumsi telur lokal Kabupaten Berau meningkat hingga 60 persen, dalam dua tahun terakhir. Peningkatan, dipicu peternak ayam potong yang beralih menjadi peternak ayam petelur. 

Kepala Seksi Bina Usaha, Promosi dan Pemasaran Hasil Peternakan, Dinas Peternakan dan Pertanian (Distanak) Berau, Widodo mengakui, adanya peningkatan yang signifikan terhadap perubahan jenis ternak tersebut. Sebelumnya, konsumsi telur banyak dari luar daerah. Mulai dari daerah Samarinda dan Sulawesi terkhususnya Parepare. 

Melihat dari data yang diperoleh dari Distanak Berau, sejak tahun 2017, produksi lokal lebih banyak ketimbang luar daerah, yaitu sebanyak 718.412 kilogram (kg) dan masuk dari luar daerah sebanyak 701.509 kg, dengan kebutuhan per kapita per bulan sebesar 7,53 kg.

Lalu, produksi lokal kembali meningkat di 2018 yaitu sebanyak 1.042.973 kg, dan masuk sebanyak 1.035.941 dengan peningkatan konsumsi kebutuhan per kapita per bulan sebesar 11 kg.

Di tahun 2019 produksi lokal semakin meningkat yaitu sebesar  1.537.886 kg, sementara yang masuk dari luar daerah sebanyak 809.706 kg dengan peningkatan konsumsi per kapita per bulan sebesar 11,58 kg. Untuk tahun 2020 masih dalam tahap pendataan.  

“Peluang di Berau sendiri memang sangat besar, apalagi ayam potong kita sudah surplus dan menyangga daerah Kaltara. Sedangkan untuk telur masih harus ditingkatkan lagi, itu memang masih kami gencarkan,” jelasnya kepada Disway Berau, Rabu (7/10). 

Kemudian, daerah penghasil telur tersebar di daerah yaitu, Tumbit Dayak, Samburakat, Labanan Jaya, Bebanir Bangun dan Semurut.  

Alasan lain adanya peningkatan produksi lokal, sebab telur yang didatangkan dari luar Berau tidak begitu bagus kualitasnya, terlebih lagi banyak kapal yang tenggelam dan keterlambatan stok sering sekali terjadi. Misalkan kualitas banyak yang busuk, seringkali masyarakat tidak mau mengonsumsi telur dari luar. Jadi, peternak ayam bertelur mengambil kesempatan itu. Bahkan, di pasaran pun telur yang berasal dari Berau lebih banyak diminati dan kualitasnya pun bagus.

Menurut Widodo, karena adanya animo baik dari masyarakat, itu juga yang menggenjot peternak ayam potong untuk beralih menjadi peternak ayam petelur. Meskipun, tidak mudah untuk beralih, lantaran kasarnya mereka harus memiliki permodalan yang kuat. 

Jika ayam potong bisa meraih keuntungan pada dua bulan pertama, tidak dengan peternak ayam petelur yang memerlukan waktu sekurangnya 6 bulan untuk panen. Mulai dari 0-6 bulan, peternak harus memberi pakan yang juga tidak murah. Pakan ternak pun berbahan dasar jagung, kemudian pakan masih banyak didatangkan dari pulau jawa, dan memerlukan biaya lebih. Walaupun, Berau menghasilkan jagung yang berlimpah dengan harga terendah yaitu Rp 4 ribu per jagung dan masih dianggap terlalu mahal. 

“Tantangan untuk peternak selama ini adalah di modal, kalau teknik dan pengelolaan, mereka sudah cukup cakap,” ungkapnya. 

Tags :
Kategori :

Terkait