Penghargaan dari Rasa Penasaran

Rabu 19-08-2020,11:56 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Berawal dari rasa penasaran. Ruki fokus mempelajari mangrove. Aneh memang. Hanya dari rasa penasaran itu. Seluas 10 hektare lahan ia sulam dengan mangrove selama enam tahun. 

Oleh: Nur Robbi Syai'an

Kiprah luar biasa Siti Rukiyah memang menarik. Media ini coba mendatangi Ruki, panggilannya, beberapa waktu lalu.

Sekretaris Lurah Kampung Baru Achmad Fitriyadi yang mendampingi. Ia pula yang memberikan informasi soal Ruki. "Yang tersulit ialah merubah pola pikir masyarakat untuk peduli. Menggalang gerakan sosial yang manfaatnya bisa dinikmati bersama," kata Adi, biasa disapa.

Siti Rukiyah. Robbi/nomorsatukaltim.com)

Sosok Ruki terlihat sebagai seorang yang supel. Tak perlu berlama-lama.  Ruki bersemangat menceritakan kisahnya. Berharap bisa menjadi penyemangat. Tentu juga inspirasi.

Perkenalannya dengan mangrove berawal pada 2002. Yang memang diselimuti keingintahuan. Apa itu mangrove dan apa kegunannya. Pemerintah waktu itu begitu menggalakkan program menanam di pinggir pantai.

Saat itu Ruki, panggilannya, baru bergabung di sebuah kelompok tani. Kala itu, 17 tahun silam, ada program penghijauan di wilayah pesisir. "Cuma bapak-bapak saja waktu itu (pesertanya). Saya (iseng) ikut saja," katanya.

Bukannya senang, malah kecewa yang membuncah. Mangrove setelah ditanam ditinggal begitu saja. "Terus buat apa?," tanyanya. Sejak saat itu ia memang penasaran. Apa fungsinya. Ia telusuri dengan suaminya, Syarifuddin Bintang. Teman-temannya masih mengabaikan. "Pokoknya saya menanam-menanam saja," katanya lagi.

Dari situ pula Ruki telah meniatkan untuk aktif. "Biar tidak ada uangnya, jalan terus. Jangan pas ada uangnya saja baru menanam. Swadaya saja. Saya galakkan terus itu," jelasnya. "Saya cuma penasaran. Kenapa pemerintah menurunkan program menanam di laut. Saya tidak mengerti," tambahnya.

Kegiatan itu terus berlangsung. Berlanjut hingga 2005. Di tahun 2007 ia dapat penghargaan tingkat Kaltim. Sebagai pelestari lingkungan. Sejak saat itu kadang ada yang datang membantunya. Kadang juga tidak. "Mungkin mereka kasihan," ucapnya. Tapi ia cuek saja. Rasa penasarannya masih belum terjawab.

Hingga 2009. Sekira 10 hektare ia sulam. Ia tak perduli. Rasa penasarannya belum terjawab. "Menyuuuulam (menanam) terus saja saya," ucap Ruki.

Anaknya kadang menemaninya. Ia biarkan dua anak yang masih kecil itu bermain dengan lumpur. Mereka berenang. "Sambil hiburan," katanya.

Dulu kawasan mangrove hanya sekira 80 meter dari bibir pantai. Tanamannya juga jarang. Bahkan di tahun 80-an air laut bisa naik sampai ke permukiman warga. Sekira 2 kilometer. Tapi sekarang sudah tidak pernah. "Sudah lebat di pinggir pantai sini. Saya jadi tahu fungsinya. Pantas saja ada program itu dari pemerintah," ungkap Ruki.

Setelah tahu, penasarannya belum sepenuhnya terpuaskan. Ia masih mau mendalami lagi soal mangrove.

Tags :
Kategori :

Terkait