“Tidak hanya menambah jumlah pohon mangrove melalui penanaman bibit baru, Pertamina juga melakukan pemeliharaan secara berkala untuk memastikan bibit yang telah ditanam bisa tumbuh dengan baik”, ujar Roberth.
Berburu sampai Sesumpu
Melakukan pembibitan mangrove saat ini bisa dibilang cukup mudah. Bibit tersedia, media tanam juga ada. Tinggal kemauan. Tapi beberapa tahun lalu, semuanya serba sulit. Untuk mencari bibit, dan media tanam, Tegowadi dan warga Margomulyo harus keluar ‘kandang’.
Tidak ada polybag. Kalaupun ada, uangnya yang tidak tersedia. Mereka harus memutar otak. Memanfaatkan apa yang ada. Salah satunya, dari sampah yang menumpuk.
Mereka memutuskan sampah botol minuman sebagai media tanam. “Kami berburu ke banyak tempat,” kata Tego. Beberapa di antaranya ke Sotek, Muara Sepaku, Nenang dan Sesumpu, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Cara itu cukup jitu. Berburu media tanam sekaligus membersihkan pantai dari sampah. Perahu yang biasanya dipakai mengangkut ikan, mereka isi dengan sampah botol plastik. Sampai sekarang pun, mereka masih memanfaatkan sampah plastik jika tidak sedang merawat bibit.
Mangrove Margomulyo telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Wilayah seluas 21,5 hektare itu punya 14 jenis mangrove. Untuk mencegah perambahan, pemerintah menetapkan satu orang sebagai penjaga kawasan yang dibantu dua orang.
Upaya lainnya ialah dengan memberi pembatas dengan pemagaran. Luas kawasan akan ditambah menjadi 29,5 hektare. Sejak beberapa tahun silam, upaya negosiasi dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan terhadap warga sekitar yang mengklaim pemilihan lahan.
“Kami ini sebenarnya nelayan, tapi keberadaan bakau ini juga sangat penting. Kalau tidak melaut, pasti kami ngurusi ini (bakau),” kata Tego lagi. (fey/eny)