Cara Tegowadi Mengabdi untuk Bahari

Rabu 19-08-2020,11:46 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Oleh: Ferry Cahyanti

Hidup dan kehidupan pria ini tak bisa jauh dari bakau. Saat belia memanfaatkan pohon bakau untuk membuat arang. Ketika tua berada di garis depan melestarikan bakau.  

Keberadaan hutan bakau sangat penting bagi masyarakat Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat. Dari dulu sampai sekarang. Tetapi ada perubahan cara pemanfaatan. Ada pergeseran pola pikir memanfaatkan bakau.

“Dulu, orang tua kami menebang pohon bakau sebagai bahan utama pembuatan arang. Karena hanya itu yang mereka tahu,” kata Tegowadi. Pria 52 tahun yang lahir dan besar di Margomulyo ini mengalami bagaimana kemiskinan dan kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab pemanfaatan bakau yang keliru.

Ketika masih kecil, Tego membantu orang tuanya mencari pohon bakau yang sudah tua dan mati. Dengan perahu dayung, ia menembus hutan bakau saat matahari belum terbit.

Tegowadi. (Ferry Cahyanti/Disway Kaltim)

Setelah menemukan batang kayu yang dicari, susah payah mereka menebang. Lalu membawanya ke darat. Tego dan orang tuanya baru sampai di daratan setelah matahari hampir terbenam. 

Pekerjaan belum usai. Setelah memindahkan bahan baku ke daratan, bahan pembuat arang itu harus dibakar dan dipendam selama seminggu. Itu supaya kayu menjadi bara, bukan abu.

“Sekitar semingu baru disiram air dan jadilah arang. Lalu dikemas dan dijual ke pasar,” katanya. Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tepian Manunggal Abadi ini mengatakan, masyarakat saat itu tidak punya banyak pilihan. Mereka melakukan mengerjakan apa saja untuk mendapatkan uang.

Namun secara perlahan, kegiatan itu ditinggalkan warga. Selain semakin sedikit pembeli arang, juga perkembangan zaman yang semakin maju. “Sudah ada minyak, listrik, dan lain sebagainya,” imbuh Tego.  

Meski begitu, bukan berarti ketergantungan warga terhadap bakau sudah selesai. Bedanya, saat ini mereka menjadi kawasan itu sebagai sentra pelestarian lingkungan. Upaya melestarikan mangrove dimulai sejak tahun 2.000 awal.

Tegowadi secara swadaya menanam bakau secara mandiri. Belakangan, dia diminta menjadi ketua kelompok warga. Tidak hanya mengajak warga menjaga dan merawat mangrove, Tego juga berhasil melibatkan para ibu rumah tangga memanfaatkan buahnya.

Tags :
Kategori :

Terkait