Darul Asmawan, Balikpapan
Para penderita kanker paling rentan terkena COVID-19. Tapi mereka tetap harus mendapatkan terapi dan pendampingan.
Harus ektra hati-hati. Menerapkan protokol kesehetan kepada mereka. Tutur Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan, Sri Soetantinah. Disitu tantangannya. Pendampingan dimaksudkan untuk menyemangati pasien. Bila pasien tidak mau berobat. Tidak tahu atau tidak paham tentang penyakit yang dideritanya.
"Konsentrasi utama YKI adalah kepada pasien yang tidak mampu secara finansial," kata Sri Soesanti kepada Disway Kaltim belum lama ini.
Mereka termasuk rentan. Faktor imun tubuh menjadi penyebab kerentanan itu. Konsentrasi anti bodi dalam melawan paparan virus yang masuk akan terpecah. Terbagi untuk melawan virus dan kanker itu sendiri. Itulah alasannya penderita jadi lebih rawan.
Itu yang dijaga okeh YKI. Dan mesti dihindari oleh para penyintas kanker. Maka dari itu selama masa pandemi COVID-19 ini, kontak lansung atau tatap muka dengan pasien terpaksa dikurangi. Termasuk pembatasan jam besuk ke rumah sakit. Atau ke rumah pasien.
Selain pendampingan, masih ada beberapa program YKI yang terkendala. Seperti memberikan support susu nutrient kepada pasien pasca kemoterapi. Padahal susu nutrien ini penting.
Diperlukan untuk menyediakan energi bagi tubuh atau struktur sel. Program yang sulit lainnya pelayanan deteksi dini dengan test IVA (Inspeksi Visial Asam Asetat). Prosedur ini untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Program ini yang belum bisa berjalan. Padahal, tahun lalu YKI Balikpapan bisa melayani deteksi dini kanker serviks sampai 1.200 orang. Dengan IVA test itu. Sementara tahun ini, YKI belum melakukannya sama sekali.
"Saat ini, ada dua orang yang perlu dikunjungi. Dua-duanya menderita kanker payu dara. Tapi belum bisa dilakukan (kunjungan)," kata Sri.
Dia menjelaskan, akses pengobatan sejauh ini tidak terkendala. Selama pengidap terdaftar sebagai peserta BPJS. Jika pun pasien diluar BPJS, YKI bisa membantu sebagian biayanya. Untuk pasien yang memang tidak mampu.
Memang tidak semua penderita kanker, terdaftar di BPJS. Ada yang tidak punya juga. Padahal kurang mampu. Ada juga yang tidak mampu bayar. Dan ada juga yang tidak mau pakai BPJS. Ya sudah, YKI bantu yang perlu dibantu.
Tapi sebenarnya, di Balikpapan juga ada layanan radioterapi itu. Di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD). Hanya saja antreannya panjang. Alih-alih dirujuk ke Rumah Sakit AWS Samarinda. Kendala lainnya data dan informasi penderita kanker tidak pernah lagi masuk.
Dia memaklumi . Karena anggotanya di lapangan rata-rata berprofesi sebagai bidan. Harus membagi waktu. Di samping itu, "Sudah pada sepuh. Tua," kata Sri.
Itulah mengapa, YKI belum bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi, untuk melakukan pendampingan secara virtual. "Rata-rata sudah diatas 60 tahun, ada yang gaptek dan lain-lain,” keluhnya lagi.