Indonesia di Ambang Resesi

Sabtu 08-08-2020,10:13 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara. (Int)

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang minus hingga 5,32 persen pada triwulan II-2020. Angka itu lebih buruk dari prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia (BI).

Angka itu juga menjadi yang terburuk sejak Indonesia dihantam krisis moneter pada 1998. Ekonom menilai hal ini menandakan “resesi ekonomi sudah di depan mata”.

BPS menyatakan, angka produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II-2020 menyusut 5,32 persen. Penyusutan tersebut lebih besar dari prediksi pemerintah dan BI. Sebelumnya, Sri memprediksi PDB di kuartal II akan -3,8 persen. Sementara BI memprediksi penurunan sebesar -4,8 persen.

“Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 secara y-o-y dibandingkan triwulan II-2019 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen. Kalau kita bandingkan dengan triwulan I-2020, atau q-o-q, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II ini juga mengalami kontraksi -4,19 persen,” terang Kepala BPS Suhariyanto.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyampaikan, kontraksi PDB itu berarti “situasi resesi ekonomi sudah di depan mata.”

“Di kuartal III kemungkinan besar kita akan resesi. Kalau melihat kuartal II ini kita cukup dalam minusnya,” kata Bhima.

“Yang perlu diperhatikan ini kan adanya penurunan tajam pada konsumsi rumah tangga. Karena adanya pandemi membuat masyarakat tidak yakin untuk berbelanja, dan akhirnya berpengaruh juga pada industri manufaktur yang turun dan sektor perdagangan turun,” jelasnya.

Ia mengatakan, ini adalah penurunan ekonomi tahunan Indonesia terburuk pertama sejak dihantam krisis moneter 1998. Ketika itu, ekonomi Indonesia anjlok sampai minus 13,13 persen.

“Resesi itu kan dua kuartal berturut-turut (pertumbuhan PDB) kita negatif. Resesi yang sesungguhnya itu nanti ketika kita kuartal III kita akan negatif,” ujar Bhima.

“Tapi ini ketika penurunannya relatif tajam secara year-on-year. Maka bisa dikatakan ini resesi technical. Jadi secara data ini sudah menunjukkan adanya resesi. Karena penurunannya cukup tajam. Karena tidak mungkin di kuartal III bisa kembali positif,” lanjutnya. (mt/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait