Kontraksi Ekonomi Indonesia di Triwulan II Cukup Dalam

Senin 03-08-2020,09:35 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Aktivitas di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat, Selasa (14/7/2020). (Int)

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 akan terjadi penurunan yang cukup dalam akibat dampak pandemi COVID-19.

Meski tidak ingin menyebutkan angka pasti, Bambang menjelaskan, pihaknya sudah memiliki besaran perkiraan tersebut. Pernyataan resmi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia ini akan dirilis secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Agustus mendatang.

“Bappenas memperkirakan penurunan ekonomi yang cukup dalam. Angkanya beberapa menteri sudah menyatakan perkiraannya. Tetapi meskipun kami ada perkiraannnya, akan menunggu saja dari BPS,” kata Bambang dalam webinar Indonesia Development Forum 2020 di Jakarta belum lama ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 berkisar minus 5,1 persen hingga minus 3,5 persen. Dengan titik tengah minus 4,3 persen.

Perkiraan angka ini cukup dalam. Mengingat pada triwulan I-2020, pertumbuhan ekonomi masih positif sebesar 2,97 persen.

Bambang menjelaskan, pemerintah akan berupaya agar pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV-2020 masih dalam teritori positif. Sehingga angka perekonomian Indonesia secara keseluruhan masih tumbuh positif, meskipun angkanya tidak besar.

Ia menilai, perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia juga terjadi di negara lain. Bahkan sejumlah negara mengalami resesi yang tidak hanya dangkal. Tetapi cukup dalam.

Kontraksi akibat pandemi COVID-19 sudah terlihat dengan pertumbuhan ekonomi China pada triwulan I minus 6,8 persen. Kemudian Singapura minus 12,6 persen dan Korea Selatan minus 3,2 persen.

Menurut Bambang, penyebab krisis yang diakibatkan pandemi COVID-19 ini sangat berbeda dengan krisis yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Seperti pada supply dan demand.

“Penyebab krisis ini karena menekan sumber utama daripada pembangunan dan ekonomi. Yakni kesehatan manusia. Akan berbeda dengan krisis yang hanya terjadi pada supply dan demand. Akan jauh lebih mudah,” kata Bambang. (an/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait