Warga kurang mampu di Balikpapan. (Ilustrasi/Andi Muhammad Hafizh/Nomor Satu Kaltim)
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Gara-gara pandemi, warga Kota Minyak yang masuk dalam kategori miskin, terancam tambah miskin.
Kepala BPS Balikpapan Achmad Zaini mengatakan, survei sosial ekonomi nasional (susenas) BPS Balikpapan 2020 dimulai Maret. Jadi hasilnya secara keseluruhan belum ada. "Masih diolah. Kemungkinan datanya keluar di Agustus atau September," ujarnya.
Menurutnya pada 16 Maret itu belum terjadi wabah di Balikpapan. Sehingga susenas pada Maret belum bisa dikatakan terdampak COVID-19. "Nah pada April, Mei, Juni baru terjadi pandemi. Itu kami hanya bisa mendeteksi," katanya.
Dari hasil deteksi dini atau disebut survei demografi dampak COVID-19 ini, ditemukan sekitar 85 persen warga di bawah garis kemiskinan yang berjumlah 15.780 jiwa, menurun pendapatannya. "Jadi jelas bertambah miskin. Tapi jumlahnya saya belum bisa tentukan," imbuhnya.
Ia menjelaskan kategori warga miskin. Yakni kepala keluarga berpenghasilan di bawah Rp 2,2 juta, dengan jumlah anggota keluarga empat orang. Mereka yang masuk dalam kategori miskin dianggap tidak memenuhi standar nilai kalori yang dibutuhkan setiap orang yakni 2.100 Kkal. "Kalau dirupiahkan, tiap orang itu butuh Rp 572.108 per bulan," urainya.
Zaini merasa tingkat kemiskinan di Kota Beriman jauh lebih kecil dibandingkan daerah lain di Indonesia, persentase penduduk miskinnya hanya 2,42 persen dari seluruh jumlah penduduk Balikpapan. Yakni, 655.178 yang terdata tahun lalu. "Angka kemiskinan kita itu terkecil nomor 5 di Indonesia. Bahkan angka kemiskinan Kaltim saja 6 persen," ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat dikategorikan miskin di Balikpapan biasanya masuk dalam sektor informal. "Mereka itu rentan terhadap pendapatan. Apalagi selama ada pandemi," imbuhnya. (ryn/hdd)