Harga Cetak Rekor, Bisnis Emas Tak Pernah Tekor

Kamis 23-07-2020,11:50 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Meski begitu, Sri bilang masih ada transaksi. Dalam sehari, rerata  penjualan emas di tokonya sekitar 10 transaksi per hari. Sedangkan konsumen yang menjual emas lebih banyak. "Kebutuhan orang kan banyak, bayar sekolah , bayar buku, kasian kalau kita gak terima," ungkap Sri.

Kesempatan Ambil Untung

Kenaikan harga logam mulia menjadi kesempatan emas bagi investor seperti Suriansyah. Warga Samarinda itu merealisasikan keuntungan dengan menjual barang investasinya yang dibeli tiga tahun lalu.

Emas batangan yang memiliki kadar 99,9 persen dengan berat 100 gram dibeli Suriansyah saat harganya Rp 560 ribu per gram. Kemarin, Suriansyah menjualnya dengan harga Rp 860 ribu per gram atau senilai Rp 86 juta.

Artinya dalam tiga tahun saja, Suriansyah mengantongi keuntungan 30 juta. “Saya jual untuk kebutuhan modal usaha,” kata pria yang menyukai investasi logam mulia.

Strategi serupa juga diambil Riani, warga Balikpapan.  “Mumpung lagi naik harganya, saya jual saja emasnya,” kata dia. Enam tahun lalu, Santi membeli perhiasan seharga Rp 385.000 per gram. Kemarin, dia bisa menjual Rp 700 ribu lebih. “Karena lagi butuh, saya jual perhiasan,” ujar Riani.

Sedangkan konsumen lainnya memilih untuk membeli sebagai investasi. Menurut Santi, harga emas lagi naik tapi bisa saja mengalami kenaikan lagi. “Saya beli untuk investasi, tukar tambah gramnya. Menabung sedikit-dikit,” kata dia.

Logam Mulia untuk Investasi

Dibandingkan perhiasan, orang membeli logam mulia memang untuk investasi. Pedagang logam mulia di Balikpapan, Saiful (30) mengatakan peminat logam mulia cukup banyak.

“Mereka biasanya sudah memahami tujuan membeli logam mulai. Ya untuk investasi.  Menjaga aset,” katanya. Sejak menggeluti logam mulia, Saiful berani memastikan peminat investasi cara ini terus meningkat.

Dua tahun terakhir, peminat emas batangan cukup tinggi. Sejak Antam masih menjual logam mulia di level Rp 600.000 per gram. Kemudian naik Rp 700.000 dan menjadi Rp 800.000 per gram. “Bahkan di level Rp 900.000 per gram, peminatnya tetap ada,” beber Saiful yang tak ingin disebut nama tokonya.

Selama pandemi kata dia, jumlah konsumen pembeli dan menjual LM hampir sama. “Selama pandemi sebanding saja. Jual tidak begitu banyak, beli lebih banyak. Yang beli minimal 5 gram,” sebutnya.

Sementara saat harga sedang tinggi, sebagian masyarakat memilih menjual emasnya untuk memperoleh uang tambahan. Itu dilakukan untuk menambah modal usahanya. “Mumpung lagi naik harganya, saya jual saja emasnya. Saat beli enam tahun lalu, sebesar Rp 385.000 per gram. Karena lagi butuh saya jual perhiasan,” ujar Riani.

Sedangkan konsumen lainnya memilih untuk membeli sebagai investasi. Menurut Santi, harga emas lagi naik tapi bisa saja mengalami kenaikan lagi. “Saya beli untuk investasi, tukar tambah gramnya. Menabung sedikit-dikit,” pungkas dia. (fey/krv)

Tags :
Kategori :

Terkait