Bankaltimtara

Stop Bullying di Sekolah, Ini yang Dilakukan Pemkot Bontang

 Stop Bullying di Sekolah, Ini yang Dilakukan Pemkot Bontang

ilustrasi anak menjadi korban bullying-istimewa-

BONTANG, NOMORSATUKALTIM –  Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menaruh perhatian pada kasus bullying pada anak yang marak terjadi.

Menurutnya, bullying bukan sekadar kenakalan remaja, melainkan masalah serius yang dapat menghancurkan mental anak jika dibiarkan.

Dia pun memberi contoh kasus yang pernah terjadi di daerah lain. Misalkan saja kasus seorang pelajar SMA Negeri 72 Jakarta Utara.

Ia nekat merakit bom dan meledakkannya di lingkungan sekolah. Semua dilakukan bermula dari akumulasi kemarahan. Serta tekanan psikologis akibat perundungan yang ia alami bertahun-tahun.

“Kejadian itu harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Bullying bisa berdampak besar dan berbahaya. Bukan hanya bagi korban, tetapi juga bagi lingkungan sekolah,” kata Neni, Kamis 20 November 2025.

Sebagai langkah pencegahan dini, Pemkot Bontang berencana memasang kamera Closed Circuit Television (CCTV) di sekolah.

Baginya, teknologi ini bukan untuk mengekang aktivitas anak, tetapi untuk memastikan lingkungan sekolah tetap aman dan nyaman.

Dengan pengawasan lebih ketat, sekolah diharapkan dapat segera merespons jika terjadi perilaku yang mengarah pada kekerasan.

Sehingga kejadian-kejadian ekstrem bisa dicegah. Tentunya sebelum berkembang menjadi masalah besar.

"CCTV itu fungsinya banyak. Bisa membantu mengawasi aktivitas anak di sekolah. Jika ada bullying, sekolah bisa langsung tahu siapa pelaku dan siapa korbannya. Penanganannya pun bisa cepat,” ujarnya.

Banyak kasus bullying yang berujung tindakan membahayakan dipicu oleh lost control atau hilangnya kendali emosi akibat tekanan yang terus menumpuk.

Kondisi ini sering kali diperparah oleh lemahnya pengawasan terhadap tontonan dan konten digital.

“Mungkin saja anak itu melihat sesuatu di internet, kemudian ia tiru. Tanpa pendampingan, hal itu bisa berbahaya,” tambahnya.

Karenanya, orang tua dan guru diminta lebih aktif mendampingi anak. Bisa memahami emosinya, dan memastikan mereka tidak terpapar konten negatif yang dapat memicu perilaku menyimpang.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: