Bankaltimtara

Selamat Tinggal Kurikulum Merdeka, Waktunya Pengenalan Deep Learning ke Sekolah

Selamat Tinggal Kurikulum Merdeka, Waktunya Pengenalan Deep Learning ke Sekolah

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian didampingi Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Surasa.-mayang/disway kaltim-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian memperkenalkan pembelajaran mendalam (deep learning), sebagai pembaharuan Kurikulum Merdeka.

"Pendekatan ini bukan untuk menggantikan konsep yang sudah ada, melainkan memperkuat dan mengembangkan metode pembelajaran yang adaptif dan berkelanjutan," ungkap Hetifah belum lama ini.

"Jadi bukan berarti mereka belajar itu diganti, ini adalah upaya untuk kita menggunakan konsep-konsep yang sudah dikembangkan sebelumnya ya," lanjutnya.

BACA JUGA:Relevansi Kurikulum Merdeka Dorong Lahirnya Wirausaha Gen Z

Hetifah menjelaskan, pembelajaran mendalam tidak hanya sekadar proses transfer ilmu pengetahuan.

Melainkan juga berfokus pada kebermaknaan dalam prodes belajar dan menitikberatkan pada pertumbuhan kemandirian.

Dia juga mendorong pemanfaatan metode Lesson Study yang mengedepankan siklus refleksi dan observasi, terhadap proses belajar mengajar sebagai bagian dari implementasi Deep Learning.

"Kami pun mengharapkan lulusan-lulusan dari Kalimantan Timur ini ke depannya bukan saja dapat bersaing di daerah lain, tetapi dapat bersaing secara global," katanya.

Dalam konteks globalisasi dan percepatan teknologi, Hetifah juga mendorong asesmen yang lebih holistik terhadap siswa. Menurutnya, Ujian Nasional (UN) selama ini hanya menilai hasil akhir, tanpa menggambarkan kemampuan siswa secara individu.

Untuk itu, dia menyarankan Programme for International Student Assessment (PISA) sebagai  penilaian kemampuan individu peserta didik.

BACA JUGA:Kurikulum Penerapan Bahasa Daerah Masih Andalkan Guru Mapel Lain

Mengacu pada situs kementerian kementerian pendidikan dan kebudayaan, PISA merupakan studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains.

"Kalau UN kan menentukan kelulusan, kalau ini tidak. Tapi, menjadi ukuran individu seperti mungkin tes kemampuan akademik dan mungkin berbeda dengan yang selama ini kita pahami," terangnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: