Paguyuban Pedagang Pasar Subuh Samarinda Menolak Direlokasi
Paguyuban pedagang Pasar Subuh Samarinda yang menolak relokasi menggelar aksi di depan Balai Kota Samarinda, Selasa (29/4/2025).-Disway/ Mayang-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM- Puluhan pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pasar Subuh itu menggelar aksi demonstrasi halaman depan Balai Kota Samarinda pada, Selasa (29/4/2025).
Hal ini tak lain merupakan buntut dari persoalan rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda untuk merelokasi pedagang Pasar Subuh dari Jalan Yos Sudarso ke Pasar Beluluq Lingau di Jalan PM Noor.
Unjuk rasa berlangsung sekitar satu jam, disertai orasi dari sejumlah perwakilan pedagang. Mereka menyampaikan dengan lantang keberatannya atas keputusan relokasi ke Pasar Beluluq Lingau di Jalan PM Noor, Samarinda Utara.
Ketua Paguyuban Pasar Subuh, Abdussalam mengatakan, bahwa pasar ini dibangun secara turun-temurun oleh warga dan memiliki pelanggan tetap yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Hal inilah yang menjadi identitas Pasar Subuh.
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Siapkan Dua Lahan Strategis untuk Pembangunan Sekolah Rakyat
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Siapkan Tujuh Hektare Lahan untuk Sekolah Rakyat, Lokasinya di Sini
“Memindahkan kami ke lokasi baru yang tidak sesuai, hanya akan merusak identitas pasar dan menghilangkan pelanggan,” tegasnya.
Langkah Pemkot ini, dinilai oleh para pedagang diambil secara sepihak tanpa melibatkan pedagang secara menyeluruh.
Para pedagang juga menilai pendekatan pemerintah sejauh ini kurang membuka ruang dialog yang memadai guna memperhitungkan segala kesiapan mereka.
“Ini bukan hanya soal tempat, tapi soal hak hidup dan identitas komunitas. Saya sendiri telah berdagang di Pasar Subuh selama kurang lebih 20 tahun ini," jelas Abdussalam.
BACA JUGA: Lantai 2 dan 3 Sudah Lama Kosong, DPRD Balikpapan Dorong Revitalisasi Pasar Pandansari
BACA JUGA: Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan, Surganya Buah Tangan Khas Kaltim
“Yang kami tandatangani waktu itu hanya daftar hadir, bukan persetujuan. Bahkan saat itu saya menyampaikan protes karena tidak sesuai ekspektasi. Kami merasa ditekan,” tambahnya.
Dia juga menegaskan, bahwa para pedagang tak hanya menolak relokasi, mereka pun meminta pemerintah untuk lebih mengutamakan penataan serta peningkatan fasilitas di lokasi yang sudah ada, ketimbang memindahkan aktivitas mereka ke tempat baru yang dianggap tidak sesuai dengan karakter Pasar Subuh.
"Pasar ini tumbuh secara mandiri dan alami sebagai pusat jual beli kebutuhan. Jadi satu-satunya di Samarinda yang melayani kebutuhan tersebut secara terpusat. Orang bisa dengan mudah datang membeli kepada kami. Karena sudah menjadi identitas, bahwa keberadaan kami juga di lokasi strategis," paparnya.
Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Samarinda, Marnabas Patiroy menjelaskan bahwa pihaknya telah berupaya memenuhi seluruh kebutuhan dan permintaan pedagang sejak tahap sosialisasi pada Oktober 2023.
BACA JUGA: Area Parkir Baru di Pasar Segiri Solusi Atasi Kemacetan, Dua Bulan Lagi akan Beroperasi
“Kami bahkan menunda relokasi hampir enam bulan demi memenuhi permintaan pedagang agar tidak dilakukan pada hari-hari besar,” ujar Marnabas.
Marnabas menambahkan, berdirinya Pasar Subuh selama ini beroperasi di lahan yang tidak berizin dan kerap menyebabkan kemacetan.
"Pasar Subuh selama ini berdiri di atas lahan pribadi tanpa izin resmi dan kerap menimbulkan kemacetan. Untuk itu, relokasi ini juga bagian dari penataan kota yang sangat dibutuhkan," bebernya.
Ia juga menegaskan bahwa relokasi bukanlah upaya untuk mematikan penghidupan pedagang, melainkan menyediakan lokasi yang lebih layak, tertata, dan representatif.
BACA JUGA: Andi Harun Siap Sinkronkan Program Pendidikan dan Layanan Publik dengan Gratispol
"Kami tetap berupaya menyelesaikan persoalan ini secara humanis dan tidak serta-merta menutup aktivitas perdagangan. Selain itu, kawasan relokasi telah dilengkapi sekitar 130 lapak, IPAL, penerangan, dan infrastruktur lainnya. Jadi, mereka tidak perlu khawatir," ucap Marnabas.
Tak hanya sampai di situ, sebagai bentuk dukungan, Pemkot Samarinda telah menyediakan uang transportasi sebesar Rp500 ribu bagi pelaku usaha per orangan yang diberikan untuk mempromosikan dagangannya.
Marnabas mengungkapkan, proyeksi rencana tata kota telah disesuaikan menurut kelompok kebutuhan masyarakat yang masing-masing dibangun terpisah.
"Beberapa memang menolak karena alasan fasilitas, tapi semua kebutuhan dasar sudah kami sediakan di Pasar Beluluq Lingau. Kami akan mengarahkan wisatawan, misalnya untuk membeli pakaian ke Pasar Pagi, ikan dan sayur ke Pasar Segiri, buah-buahan ke Pasar Merdeka, dan seterusnya,” imbuhnya.
BACA JUGA: DPRD Kaltim Rekomendasikan Jembatan Mahakam Ditutup Lagi
BACA JUGA: BBPJN Usulkan Penutupan Sementara Jembatan Mahakam I Usai Ditabrak Tongkang
Pemerintah akan tetap melanjutkan relokasi sesuai jadwal dengan pengosongan lokasi lama yang ditargetkan berlangsung mulai 4 Mei 2025. "Jika masih ada pedagang yang bertahan, maka akan diterapkan langkah penertiban sesuai prosedur," tegasnya.
Namun, belakangan diketahui, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Subuh, Abdussalam membantah klaim bahwa telah terjadi kesepakatan soal relokasi. Menurutnya, pertemuan yang disebut Pemkot itu hanya berupa kehadiran dan bukan bentuk persetujuan.
Mereka pun merasa tertekan hingga akhirnya berani bersuara menyatakan sikapnya membawa massa untuk berunjuk rasa di Balai Kota.
Harapannya, keinginan mereka dikabulkan sesuai pernyataan sikapnya, yakni, menolak rencana relokasi dan tetap akan mempertahakan Pasar Subuh sebagai tempat ikonik komunitas sosial di kota Tepian.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
