Indonesia Dituding Impor Babi dari China, Begini Jawaban Kementerian Pertanian

Indonesia Dituding Impor Babi dari China, Begini Jawaban Kementerian Pertanian

Jakarta, Diswaykaltim.com - Beredar kabar bahwa Indonesia mengimpor babi dari China. Kritik pun dilontarkan kepada pemerintah. Pasalnya, sedang merebak virus flu babi.

Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian menegaskan, saat ini tidak ada impor hewan babi dari China. Seiring dengan temuan virus baru flu babi (swine flu) G4 EA H1N1. Yang berpotensi menjadi pandemi baru.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementan Agus Sunanto menjelaskan, impor hewan babi dilakukan dari Kanada dan Amerika Serikat (AS). Namun, impor itu pun hanya untuk pengadaan bibit. Sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan dari Kementerian Pertanian.

“Kalau hewan babi itu tidak ada dari China. Kita impor babi dari Kanada dan AS. Itu pun tidak rutin. Hanya terkait pengadaan bibit saja. Mungkin tahun depan atau ketika ada kebijakan dari Kementerian Pertanian. Tapi sekarang ini belum ada (impor),” kata Agus, Selasa (7/7).

Agus menjelaskan, impor bibit babi dari Kanada dan AS tidak dilakukan secara rutin. Kebijakan pengadaan bibit tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian untuk perbaikan genetika dan penambahan populasi babi.

Namun demikian, saat ini Indonesia justru rutin melakukan ekspor hewan babi ke Singapura. Setidaknya, 1.000 ekor babi diekspor setiap hari ke Singapura.

Terkait dengan virus flu babi tipe baru yang disebut berpotensi memicu pandemi baru, Agus mengaku telah meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan dan produk hewan. Ada pun virus yang dinamakan reassortant Eurasian avian-like (EA) H1N1 genotype 4 (G4) atau virus flu babi G4 ini dilansir melalui publikasi ilmiah AS PNAS pada 29 Juni.

“Kalau penyakit ini lalu lintasnya barang dari material babi. Kalau lalu lintas babi hidup, biasanya lewat pelabuhan internasional. Untuk produk babi, bisa pelabuhan, bisa bandara. Tergantung jumlahnya,” kata Agus.

Ia menambahkan, pengawasan terhadap produk babi telah dilakukan sejak merebaknya kasus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika pada tahun lalu di China.

Peningkatan pengawasan juga telah dilakukan terhadap kedatangan turis China ke Indonesia sejak kasus ASF merebak. Namun, dengan adanya penutupan penerbangan internasional dari China selama pandemi COVID-19, lalu lintas produk babi yang dibawa oleh turis China juga menurun risikonya.

“Sejak kasus ASF, kita sudah siap. Karena setiap penumpang dari China di bandara yang membawa produk babi, pasti kita tahan. Kita uji. Kemudian kita musnahkan. Namun dengan adanya penutupan karena COVID, ini sedikit menurunkan risiko penyebaran,” kata Agus. (an/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: