Menghadapi Era Kenormalan Baru dengan Tumbuhan

Menghadapi Era Kenormalan Baru dengan Tumbuhan

Samarinda, DiswayKaltim.com - Pandemi COVID-19 menyadarkan pentingnya kemandirian ekonomi. Baik di tingkat daerah maupun pusat. Karena dalam kondisi tersebut, ketika akses antar daerah dan negara mulai dibatasi, masing-masing wilayah dituntut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Baik kebutuhan pangan, logistik, sandang dan yang paling penting, kebutuhan akan produk kesehatan.

Kaltim dengan kekayaan alamnya sebenarnya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Banyak tumbuhan dari hasil hutan Kaltim yang bisa dimanfaatkan untuk produk kesehatan. Kaltim juga memiliki universitas yang bisa mendukung dari segi penelitian. Hal itu disampaikan Rudianto Amirta, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul).

"Kita ingin ada metamorfosis perubahan besar ekonomi kerakyatan pasca pandemi. Unmul siap mendukung ide-ide kreatif," ujarnya dalam webinar Inovasi Menghadapi Era Kenormalan Baru: Produk Berbahan Dasar Tumbuhan Lokal Kaltim, Selasa (30/6).

Apalagi kata dia, posisi Kaltim akan menjadi Ibu Kota Negara (IKN). Maka harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan. Untuk itu ia meminta berbagai pihak. Terutama pemerintah untuk mendukung kemandirian kebutuhan produk pangan dan kesehatan di Bumi Etam.

Hal senada disampaikan Muhammad Faisal, Kepala Dinas Perindustrian Samarinda. Ia menyebut pihaknya secara aktif mendukung pengembangan produk berbahan dasar lokal. Bahkan pihaknya beberapa kali telah melakukan bimbingan teknis kepada masyarakat Samarinda dalam pengolahan tumbuhan lokal.

"Kemarin kami sempat mengadakan bimtek olahan nanas. Dan pembuatan hand sanitizer yang juga menggunakan ekstrak tanaman lokal," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir beberapa dosen Unmul yang telah mengembangkan produk berbahan dasar tumbuhan lokal di Kaltim. Di antaranya ada Fajar Prasetya, dosen Fakultas Farmasi Unmul ini bekerja sama dengan PT. Jamu Air Mancur sedang mengembangkan produk gel mulut ekstrak daun sirih hitam. Tanaman khas hutan Kaltim.

"Bahan alam Indonesia ini luar biasa. Butuh koordinasi antara universitas, pemerintah, dan pelaku industri. Untuk semakin banyak mengeluarkan produk kesehatan," ujar Doktor lulusan University of Nottingham, Inggris

Selain produk kesehatan, tanaman lokal juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk makanan dan kosmetik.

Seperti yang dilakukan oleh Harlinda Kuspradini yang memproduksi tumbuhan aromatik hutan menjadi minyak atsiri. Ia menyebut, saat ini ada 20 komoditas tanaman yang bisa diproduksi menjadi minyak atsiri. Beberapa di antaranya bisa ditemukan di Kaltim. Seperti ekaliptus, gaharu, kenanga, kayu putih, kayu manis, dan masih banyak lagi.

"Apalagi hutan Kaltim ini memiliki ciri  rain forest atau hutan tropical basah. Maka akan ditemukan sumber tipe minyak atsiri khas daerah," ujar Dosen Fakultas Kehutanan, Unmul ini.

Meski sudah mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI) untuk produk minyak atsirinya. Harlinda mengaku produknya masih dijual untuk kalangan terbatas.

Julinda Manullang, Dosen Fakultas Pertanian Unmul juga mengembangkan produk aditif pakan unggas dari daun tahongai. Dengan pakan unggas ini, akan menghasilkan daging yang rendah lemak dan rendah kolesterol. Pakan unggas ini juga berfungsi sebagai antibakteri alami untuk menekan pertumbuhan bakteri pathogen pada usus unggas sehingga bisa menekan mortalitas.

Terakhir, ada Profesor Esti Handayani. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul ini memproduksi obat ikan alami dari tanaman lokal. Di antaranya adalah tanaman lempuyang, terung asam, dan temu kunci. Obat ikan untuk budidaya ikan air tawar ini berfungsi sebagai antibacterial, imunitas, dan suplemen prebiotik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: