Bisnis Salad Buah Bangkit di Tengah Wabah

Bisnis Salad Buah Bangkit di Tengah Wabah

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui konsep new normal disambut antusias para pelaku usaha. Pemberlakuan kenormalan baru dipercaya mengurangi beban ekonomi yang terdampak pandemi. Sektor yang bersorak atas kebijakan itu ialah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Salah satu yang menyambut antusias ialah Suciana Dian. Pengusaha kuliner ini mengaku cukup lega. Selama hampir dua bulan, pemilik jaringan Hore Food ini ‘sesak napas’ akibat tak leluasa berdagang. Pandemi COVID-19 menggerus penjualan salad buah miliknya hingga 40 persen.

Supaya bisa bertahan, ia menurunkan jumlah produksi dan sempat merumahkan karyawan. Masalah juga datang dari harga bahan baku yang melonjak. Ia merasakan sulitnya mendapatkan produk buah impor, sebagai bahan utama produksi salad buah.

Anggur sempat menghilang di agen penjualan. “Kalaupun ada, harganya mahal banget. Apel dan pir juga naik harganya," ungkap Dian. Usahanya baru mulai membaik menjelang Hari Raya Idulfitri. Pesanan salad buah meningkat cukup banyak.

Kabar pelonggaran kegiatan ekonomi diperoleh Dian dari berita-berita yang diikutinya. Sejak corona mewabah, ia punya banyak waktu mengikuti pemberitaan. Baik di televisi, koran, maupu internet.   "Saya berani mengaktifkan lagi karyawan yang sempat dirumahkan, ” kata dian yang mempekerjakan 10 orang ini. Selain promosi melalui media sosial, ia juga menambah menu.

Penerapan new normal di wilayah Samarinda dipercaya Dian akan meningkatkan performa bisnisnya. Karena itu, Dian berencana membuka cabang outlet miliknya. Ekspansi usahanya sempat tertunda karena pandemi corona.

Bisnis yang ia rintis sejak tahun 2017 ini   memang cukup berkembang pesat. Pada hari normal, Dian mengaku bisa menjual 500 cup salad buah. Mulai dari ukuran 300 ml, 500 ml, hingga 1.000 ml.

Ia juga sudah memiliki dua cabang outlet Hore Food. Yakni di Jalan Suryanata dan Jalan Sutomo Samarinda. Menunya kini pun semakin beragam. Tak hanya menjual salad buah, Hore Food juga memasarkan berbagai menu makanan dan minuman lainnya. Seperti pizza, kebab, tahu bakso, ayam geprek dan nasi sambal matah.

"Alhamdulillah perkembangan usahanya cepat. Kuncinya harus bisa menangkap peluang, dan pintar cari menu baru. Biar konsumen tidak bosan," ujar alumnus Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya ini.

Padahal Dian mengaku, awalnya hanya iseng menjual salad. Bermula dari coba-coba, ia membuat salad dengan resep yang sedikit berbeda dari salad lainnya. Tekstur mayonya ia  buat lebih encer dan rasa yang didominasi manis gurih. Lalu ia tawarkan ke teman dan kerabat. Ternyata mereka suka. Dian awalnya hanya membuat 10 cup per hari, hingga akhirnya permintaan terus meningkat.

"Selain itu kita juga kasih topping beragam. Selain cornflakes ada topping warna-warni," ujar Dian.

Ia memilih nama Hore Food karena dianggap kata Hore cukup mudah diingat. Dan melambangkan kegembiraan. Dengan harapan, bisnisnya bisa dikenal masyarakat dan membawa kebahagiaan bagi mereka.

Ke depan, Dian ingin semakin mengembangkan usahanya. Ia bermimpi memiliki kafe salad buah. Dimana setiap pelanggan bisa melihat langsung proses pembuatan salad. Dan bisa memilih racikan salad buah sesuai selera masing-masing.

"Jadi bisa request isian buah gitu. Kalau sekarang kan, saladnya sudah ready baru kita jual," pungkasnya. Ia juga menyebut prospek bisnis kuliner di Samarinda cukup besar. Sehingga peluang usaha dibidang ini, masih terbuka lebar. (krv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: